Skip to main content

Jalan-Jalan ke Korea (Part 2)

Seminar di Universitas Sogang

Friends, pada tulisan sebelumnya "Jalan-Jalan di Korea (Part 1)" saya telah menghidangkan mengenai proses yang membawa saya menuju negeri yang tak pernah diimpikan, yaitu Korea Selatan. 

Pada bagian ini saya kembali ingin berbagi  sedikit pengetahuan & pengalaman baru, yang saya dapatkan ketika berada di Negeri Oppa tersebut (meskipun itu hanyalah sebuah short trip). 


Bagi saya pribadi, perjalanan yang panjang dapat membuat mata kita menyerap pengetahuan & pengalaman yang lebih banyak. 


Namun, perjalanan yang singkat pun harus disyukuri karena hal tersebutlah yang membuat kita belajar untuk mengerti & memahami bahwa waktu sangat berharga. 



“Apakah saat berada dalam pusarannya, kita mengalami keuntungan atau kerugian?” 


Semua bersifat relatif, bergantung pada orientasi hidup masing-masing individu.

Baiklah, langsung saja. 

Setelah sarapan pagi di Hotel Lotte, Seoul, kami (Amel, Dr. Gusnawaty, dan Prof. Lukman) dijemput oleh bus yang sudah disediakan oleh panitia seminar Universitas Sogang (lokasi seminar). 


Saat tiba di universitas tersebut, kami juga bertemu dengan ibu Ery Iswary (dosen Universitas Hasanuddin yang mengajarkan bahasa Indonesia di Universitas Hankuk). 


Ini foto kami di bagian depan Universitas tersebut.

Dari kiri ke kanan (Saya, Ibu Gusnawaty, Ibu Ery Iswary, Andi Meirling, Prof. Lukman & istri)

Kami tidak langsung melaksanakan seminar. 

Kami berjalan-jalan sebentar di dalam bangunan kampus tersebut & diperbolehkan memasuki ruang seminar bidang politik (semoga saya tidak keliru). 


Saat itu saya hanya mendengarkan saja presentasi & diskusi para peserta dari berbagai negara, seperti Cina & Malaysia.

Awalnya, saya pikir ruang seminar yang disediakan itu luas & dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai jurusan. 

Saya berkiblat pada pengalaman pribadi tiap kali mengikuti seminar di Makassar, ruangan yang disediakan sangatlah luas & dihadiri oleh berbagai peserta dari berbagai bidang keilmuan. 


Setiap peserta juga diperbolehkan untuk bertanya mengenai materi seminar yang dipresentasikan. 


Di Korea Selatan (saya tidak tahu kalau di negara maju lainnya) ternyata ruang seminar hanya memiliki kurang lebih 20-an kursi plus meja panjang.


Suasananya sih tidak terlalu berbeda dengan ruang ujian mahasiswa di Universitas Hasanuddin & ternyata hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki bidang keilmuan yang sama. 


Ini pengalaman baru & menarik bagi diri saya (kasihan).

Akhirnya, setelah beberapa saat menunggu, kami memasuki ruangan seminar (kondisi ruangannya tidak berbeda jauh dengan ruang seminar sebelumnya). 

Teman-teman, ini suasana ruang seminar yang saya ilustrasikan tadi.

Suasana di ruang seminar 

Pengalaman pribadi yang menurut saya sangat menarik adalah ketika orang Korea (peserta seminar) memberikan saran yang kurang lebih maknanya seperti ini, 


“Kalau Anda mengatakan ini adalah hasil penelitian yang betul-betul baru, mengapa dalam penelitian tersebut, Anda tidak menuliskan, “This is a surprise!” (Ini mengherankan)”.

Menurut saya, ini masukan yang sangat sederhana. 


Namun, sangat berarti karena penelitian yang kami lakukan adalah penelitian yang berorientasi pada fenomena kebahasaan generasi muda zaman now.  

Hasil penelitian tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa pola kesantunan berbahasa mahasiswa Bugis-Makassar sudah mulai mengalami pergeseran nilai, yaitu 


Mereka lebih suka mengungkapkan sesuatu secara terus terang, tanpa basa-basi, dan hal ini didominasi oleh mahasiswa laki-laki dengan rentang usia 18-22 tahun. 

Benar kata orang Korea tadi, kami harus dengan gamblang menuliskan, 



“This is a surprise!”

Hal sederhana justru sering dilupakan.

Setelah acara seminar selesai, saya & Amel berjalan-jalan sebentar di sekitar Universitas Sogang. 

Kami menyempatkan diri berfoto di lingkungan kampus tersebut sementara dosen-dosen kami mengobrol santai dengan dosen-dosen Korea. 


Ini sedikit gambaran suasana musim panas di kampus tersebut.


Amel, Suasana Universitas Sogang yang sepi karena musim liburan


Ada lapangan sepakbolanya juga :)

Selanjutnya, semua peserta seminar dari berbagai bidang ilmu (termasuk kami) berjalan bersama menuju restoran yang sudah dipersiapkan oleh panitia (saya lupa nama restorannya). 

Jaraknya tidak terlalu jauh dari lingkungan kampus. 


Ini potret kami ketika berada di dalam restoran tersebut.

Sebelah kiri paling belakang (Prof. Song & asistennya) & sebelang kanan paling depan (Ibu Kang)

Beberapa menu makanan di restoran tersebut 
(Pencinta Korea pasti tahu nama makanan khas Negeri Ginseng ini :D)

Adapun kesan yang saya dapatkan  mengenai “lingkungan akademik” di Korea Selatan adalah orang-orang Korea sepertinya tidak suka berdebat & hanya menanyakan hal-hal yang perlu (pengalaman saat seminar berlangsung). 

Mereka juga memiliki apresiasi yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan & cukup ramah terhadap “orang-orang baru” seperti kami. 


Penilaian ini tentu bersifat  sangat, sangat, sangat subjektif mengingat ini bukan journey, melainkan hanya sebuah short trip


Ini hanya pendapat & kesan pribadi (kombinasi pengamatan & perasaan) selama berada di lingkungan kampus tersebut.

Sekian dulu hidangan short trip saya & tim dosen Unhas di Universitas Sogang

Perjalanan seru ke beberapa tempat wisata di Negeri Oppa dapat kalian lihat pada postingan di bawah ini.



Baca juga:

#Hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup

Comments

Popular posts from this blog

Review: Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU

Kulit Lembab, Segar, dan Glowing dengan Natur-E Apa kabar … (Tidak tahu mengapa akhir-akhir ini saya hobi sekali me- review “sesuatu”) Memang ada keuntungannya? Mungkin …   :D (masih rahasia) So … Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah me- review "Handbody Citra Mangir Jawa & Anggur India" . Kali ini saya ingin sekali membagi pengalaman positif tentang Vitamin Kulit Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU . Friends, di awal kuliah S1 (sekitar tahun 2009) saya pernah mengonsumsi Natur-E 100-IU (warna hijau). (Kalau tidak salah zaman itu memang Natur-E hanya punya satu varian). Namun, saya kurang teratur mengonsumsinya. Maklum, waktu itu kesadaran untuk merawat kulit belum seperti sekarang ini (wkwkwk). Nah, di zaman now , saat perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian mudahnya diakses, maka info seputar pentingnya menjaga kesehatan kulit pun mudah sekali didapatkan. Selain itu , sebagai wanita Indonesia yang ting

Pengalaman Terkena Penyakit Kulit Sarampa

Sarampa, Penyakit Apa Itu? dok. pribadi Assalamu Alaikum Friends … Pada postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman terkena penyakit kulit bernama Sarampa . Sepanjang perjalanan hidup (dramatis dikit), pertama kalinya di bulan April 2019 saya mengalami gatal yang sangat, sangat luar biasa pada sekujur tubuh. Awalnya saya pikir semua itu disebabkan oleh ulat bulu karena sudah seminggu, hewan imut tersebut berwara-wiri di halaman & di dalam rumah. Saya juga heran mengapa hewan kecil tersebut tiba-tiba saja berseliweran, bukan hanya di rumah saya tetapi di rumah tetangga-tetangga yang lain. Ilustrasi wabah ulat bulu Jangan-jangan kami terkena wabah ulat bulu :D Baca Juga: 4 Karakter Pria Yang Diidamkan Wanita Di sisi lain, saya juga menduga-duga bahwa gatal yang saya alami bukan hanya disebabkan oleh ulat bulu, melainkan karena saya baru saja mengganti produk sabun cair. Mungkin kandungan bahan di dalamnya tidak cocok dengan k

Keloid (Pengalaman Suntik Keloid di Rumah Sakit) (7)

Alhamdulillah, Keloid Itu Akhirnya Sembuh  Dalam tulisan kali ini saya ingin menghidangkan dan membagi pengalaman tentang  proses penyembuhan  masalah kulit yang saya alami, yaitu  KELOID. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya  menyebut keloid  ini semacam  daging yang tumbuh  di bekas luka, misalnya: bekas cacar air, bekas gigitan nyamuk yang digaruk hingga menyebabkan lecet, bekas luka karena terjatuh, bekas luka bakar, dsb.  Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambar keloid yang tumbuh di dada saya. Keloid yang tumbuh di bagian dada tersebut berawal dari cacar air yang saya alami pada tahun 2002 . Sebagai anak berusia 11 tahun yang penuh dengan rasa penasaran, saya selalu memperhatikan cacar air tersebut & akhirnya tergoda untuk menyentuh, memencet, dan mengorek-ngorek cacar air yang sudah mulai mengering itu.  Alhasil, bukannya sembuh atau kempes, bekas cacar air tersebut malah menimbulkan masalah baru, yaitu  keloid. Bisa jadi saat itu kuku saya