Keloid (Pengalaman Suntik Keloid di Rumah Sakit) (7)

Alhamdulillah, Keloid Itu Akhirnya Sembuh 

Dalam tulisan kali ini saya ingin menghidangkan dan membagi pengalaman tentang proses penyembuhan masalah kulit yang saya alami, yaitu KELOID.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menyebut keloid ini semacam daging yang tumbuh di bekas luka, misalnya: bekas cacar air, bekas gigitan nyamuk yang digaruk hingga menyebabkan lecet, bekas luka karena terjatuh, bekas luka bakar, dsb. 

Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambar keloid yang tumbuh di dada saya.

Keloid yang tumbuh di bagian dada tersebut berawal dari cacar air yang saya alami pada tahun 2002.

Sebagai anak berusia 11 tahun yang penuh dengan rasa penasaran, saya selalu memperhatikan cacar air tersebut & akhirnya tergoda untuk menyentuh, memencet, dan mengorek-ngorek cacar air yang sudah mulai mengering itu. 

Alhasil, bukannya sembuh atau kempes, bekas cacar air tersebut malah menimbulkan masalah baru, yaitu keloid.

Bisa jadi saat itu kuku saya kotor ketika mengorek-ngorek cacar air yang mulai mengering sehingga mengalami infeksi & akhirnya menjadi keloid (huffff).

Wallahu Alam.

Friends, pada saat pertama kali terkena keloid saya masih SD & belum mengetahui "asal usul" keloid itu, maka luka parut tersebut  akhirnya saya biarkan saja. 

Beberapa tahun berlalu ternyata keloid tersebut menimbulkan rasa gatal & setiap selesai digaruk, maka beberapa hari kemudian keloid tersebut melebar, menebal, dan memerah.

Keloid tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pada saat bersentuhan atau bergesekan dengan kain baju yang saya kenakan.

Akhirnya, saat SMP saya diantar oleh ayah ke Puskesmas kemudian dirujuk ke Poli Bedah (saat itu boleh menggunakan Askes) di  rumah sakit pemerintah yang ada di Makassar, yaitu RS. Daya. 

Rumah Sakit Daya Makassar

Pada saat itu Dokter Bedah menyampaikan kepada ayah saya bahwa keloid tersebut akan tetap tumbuh meskipun sudah dioperasi/diangkat. 

So, ketika sampai di rumah, saya & orang tua mendiskusikan saran yang disampaikan oleh dokter & akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan keloid tersebut.

Baca juga:
Review Jujur Byoote Collagen, No Endorse!

o~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~o

Friends, waktu kembali berlalu & ketika saya baru saja menyelesaikan kuliah S1 pada tahun 2013, saya memutuskan untuk berkonsultasi lagi dengan dokter. 

Saya sangat khawatir & merasa tidak nyaman karena keloid tersebut sudah semakin menebal & melebar. 

Saat itu saya sudah memiliki informasi yang cukup memadai mengenai keloid, maka saya segera mengunjungi rumah sakit pemerintah di kota Makassar, yaitu Wahidin Sudirohusodo (berbeda dengan rumah sakit sebelumnya sewaktu saya masih SD).

 Rumah Sakit  Wahidin Sudirohusodo Makassar

Baiklah, karena saya merasa ini permasalahan kulit (nggak bermaksud sok tahu, dokter yang lebih tahu).

Saat itu saya tidak menuju Poli Bedah (poli rujukan sewaktu saya masih SD), saya memutuskan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke Poli Kulit. 

Alhamdulillah, saya tidak keliru & saya mendapatkan pengetahuan baru dari konsultasi waktu itu bahwa faktor utama penyebab keloid adalah genetik (keturunan) & bakat yang pada dasarnya dimiliki oleh si Empunya.

Setelah berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Kulit, saya akhirnya diberikan resep, yaitu Spuit (jarum suntik khusus keloid, bentuknya tipis & kecil) & Obat Cair dalam botol "Trilac" (obat ini harus disimpan di dalam kulkas). 

Ini contoh gambar spuit & obat tersebut.

Sedikit flashback …

Saya kembali mengonsultasikan & melakukan suntik keloid perdana pada tahun 2013 (umur saya saat itu 23 tahun)

Hingga berakhir pada tahun 2015 (mohon maaf saya lupa tanggal & bulannya).

Sebenarnya saya pernah memposting artikel pengalaman tentang keloid pada 18 Februari 2015 dalam blog “ifanatsir.blogspot.co.id” (blog pertama saya).

Nah, pada tanggal artikel tersebut diposting saya sudah melakukan suntik keloid sebanyak 22 kali. 

Friends, sekitar akhir 2015 saya sudah melakukan suntik keloid sekitar 34 kali (serius, nggak bohong!). 

Ini contoh proses & hasil suntik keloid di dada saya (2013-2015)

Friends, gambar nomor 1 memperlihatkan keloid yang membengkak, membiru, dan menegang setelah disuntikkan “Trilac” selama beberapa hari.

Adapun gambar nomor 3-4 memperlihatkan proses kempesnya keloid sedikit demi sedikit.

Biasanya proses semacam ini berlangsung sekitar seminggu & pemandangan semacam itu akan berulang setiap kali selesai disuntik (hikkksss).

Kelihatan menyeramkan tapi tidak usah takut karena itu hal yang wajar (hehe).

Aman kok, selama kita ditangani oleh dokter yang profesional, bukannya dukun.

Dokternya saja bilang, “Wah, kamu tahan banting, yah!” hehe…

Baiklah, kembali  pada topik sebelumnya …

Seingat saya pada tahun 2013-2015, harga Spuit (yang paling mahal) itu sekitar Rp. 5000 & harga Obatnya sekitar Rp. 120.000-150.000. 

Spuit hanya dipakai satu kali saja, yah (langsung dibuang oleh dokternya, jangan diambil lagi) & obatnya bisa dipakai hingga 5-6 kali (bergantung dosis yang diberikan oleh setiap dokter yang menangani kita). 

Setelah digunakan, obatnya saya bawa pulang & saya masukkan ke kulkas lagi (bukan di freezer, yah). 

Friends, biaya konsultasi dokter & suntik keloid sekitar Rp. 150.000 (*saya pasien umum, tahun 2015, dan berobat di rumah sakit pemerintah di Makassar).

Ilustrasi suntik keloid :)

Saya melakukan suntik keloid rata-rata setiap 2 minggu/3 minggu sekali. 

Dokter yang menangani saya acapkali berbeda dengan dokter sebelumnya.

Kadang Dokter “A”, “B”, C”, atau “D”. 

Ada dokter yang mengatakan datangnya 2 minggu lagi, ada yang bilang 3 minggu lagi, bahkan ada juga yang bilang minggu depan (1 minggu kemudian). 

Sebagai pasien saya mengikuti saja instruksi dari dokter yang menangani saya pada hari itu.

Sebenarnya sih saya sangat berharap bertemu dan ditangani kembali oleh dokter yang menurut saya (pendapat pribadi, subjektif) sangat baik & ramah pada pasiennya. 

Sebagai pasien tentu kita pernah menemui dokter yang memiliki "kepribadian" dan "bakat alami" ketika menghadapi pasiennya.

Dokter-dokter dengan tipikal semacam itu membuat pasien berharap dapat bertemu kembali dengannya. 

Namun, hal-hal yang unik jarang terulang kembali. Yuhuuuu :D

But, kita nggak bisa memilih juga kan. 

So, sebelum berangkat ke RS/klinik, sebaiknya berdoa dulu agar ditangani oleh dokter-dokter yang baik hati & profesional, hehe …

Friends, meskipun berobat di RS pemerintah, saat itu saya tidak menggunakan Askes atau BPJS karena saya ingin “lebih cepat” langsung menuju sasaran, yaitu ke Poli Kulit (nggak harus melalui “pos-pos” yang lain dulu, hehe). 

Saya juga tidak tahu persis, seandainya saya memanfaatkan fasilitas BPJS, apakah keloid itu ditanggung oleh BPJS karena keloid itu bukanlah penyakit dalam, melainkan masalah estetika/kecantikan kulit (semoga saya tidak keliru, yah).

Saya ingat waktu pertama kali mengonsultasikan keloid saat masih SD, dokter-dokter di puskesmas kelihatan agak bingung, apakah masalah keloid itu ditanggung Askes.

Namun, pada akhirnya saya diperbolehkan memanfaatkan fasilitas Askes setelah beberapa dokter mempertimbangkannya.

Untuk lebih jelasnya, teman-teman bisa cari info via google atau langsung bertanya ke Puskesmas.

Come back ...

Alhamdulillah, selama keloid itu  disuntik secara rutin, maka pertumbuhannya juga berhenti & juga tidak menimbulkan rasa gatal lagi.

Friends, pengobatan keloid saya ini memang tergolong lama, yaitu (kurang lebih) 2-3 tahun karena saya membiarkan saja keloid itu tumbuh & mengeras hingga (kurang lebih) 10 tahun lamanya. 

Bayangkan saja jika keloid itu adalah penyakit yang ada di dalam tubuh. Ih, serem yah! 

Seandainya saja saat itu saya langsung mengobati keloid itu pada saat pertama kali terkena, mungkin pengobatannya tidak selama itu & tidak mengeluarkan biaya yang cukup banyak juga. 

But, sudahlah semua pasti ada hikmahnya.

Insya Allah, jika rutin melakukan suntik keloid, maka keloid tersebut akan semakin menipis & pertumbuhannya akan berhenti.

Friends, setelah melakukan suntik keloid yang (seingat saya) ke 34 kalinya dokter yang menangani saya saat itu mengatakan bahwa kulit di sekitar keloid tersebut sudah berubah warna menjadi agak putih. 

So, pengobatannya sudah boleh dihentikan.

Saya juga sempat mengoleskan Dermatix (harganya sekitar Rp 150.000) pada “sisa-sisa” keloid saya (berharap agar bekasnya makin halus).

   

Kalau teman-teman punya keloid & memiliki luka yang masih baru, sebaiknya segera oleskan Dermatix atau salep sejenisnya untuk mencegah pertumbuhan keloid.

Karena menurut saya Dermatix lebih ampuh jika dioleskan pada bekas luka yang masih baru.

Sebenarnya saya sudah cukup puas & bersyukur dengan kondisi keloid saya yang sudah tidak pernah gatal lagi.

Ukuran keloid saya juga segitu-gitu saja.

Namun, saya juga selalu berusaha meng-update informasi tentang keloid yang mungkin bisa lebih memperbaiki kondisi kulit saya yang terkena keloid.

Saya sempat membaca sebuah artikel kesehatan yang merekomendasikan Sodermix (harganya sekitar Rp. 124.000) untuk keloid yang sudah lama/menahun.

Saya memutuskan untuk membelinya & saya oleskan di “sisa-sisa keloid yang ada di dada.

Apakah keloid menjadi rata?

Saya pikir semuanya membutuhkan proses & kita harus sabar dengan hasilnya.

Yang penting kita sudah mengusahakan yang terbaik (waktu, tenaga, uang, dsb.)

Actually, saya masih penasaran karena keloid di dada itu masih terlihat tebal di bagian bawahnya.

Namun, saya ingat terakhir kali suntik tahun 2015, Dokter Spesialis Kulit mengatakan suntikan keloid saya sudah harus di-STOP/dihentikan karena dianggap sudah maksimal.

Para ahli di bidangnya pasti lebih tahu yang terbaik untuk pasien.

Saya selalu ingat saat “pertemuan terakhir” itu, dokter menyampaikan bahwa kondisi kulit yang mengalami keloid memang tidak akan normal lagi seutuhnya, tetap saja akan menimbulkan bekas.

Kenyataannya, memang benar apa yang dikatakan oleh dokter tersebut karena seperti itulah yang saya alami saat ini.  

Alhamdulillah, keloid saya sudah berhenti pertumbuhannya.

Saya sudah merasa nyaman beraktivitas & tidak merasa terganggu lagi dengan gesekan kain baju yang saya kenakan. 

Friends, jangan ragu untuk mengobati keloid sedini mungkin karena keloid itu jika dibiarkan, maka semakin menjadi-jadi (hehe).

Keloid memang merupakan "penyakit" yang membutuhkan kesabaran tingkat dewa.

So, sabar yah menghadapinya. 

Ini gambar keloid saya saat ini (di 2019) yang  pertumbuhannya sudah berhenti (tidak gatal, tidak menebal, tidak melebar lagi).

Semoga informasi sederhana ini bermanfaat.  

Bagi teman-teman yang ingin berbagi pengalaman tentang keloid, silakan gabung via tautan ini 👇

https://chat.whatsapp.com/HdFMmCqBh7k6NPaVk4JJcm

Baca juga:

Mitos Bahasa Indonesia

Pengalaman Hidup di Negeri Ginseng

Pengalaman Menulis di IDN Times

Orang Tua Indonesia Menurut Bule

Review Skincare Indonesia

#Hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup

(annisa.natsir@gmail.com)