Skip to main content

Pengalaman Menulis di IDN Times (8)


Pengalaman Menulis di IDN Times – Refleksi, Penuh Kejutan!

Friends, pada postingan kali ini saya ingin membagi pengalaman seru menulis artikel pada harian IDN Times

Sewaktu kuliah strata satu (S1) keinginan menulis dan mengirimkannya ke berbagai media sudah cukup menggebu-gebu. 

Namun, karena belum menemukan media yang tepat dengan kepribadian saya, maka tulisan-tulisan yang sempat diselesaikan hanya tersimpan dalam file laptop.

Alhamdulillah, pada minggu pertama di bulan Januari 2018, hobi membaca berbagai jenis artikel menggerakkan saya melakukan pencarian via “Mbah Google”. 

Nah, pencarian itu mengarahkan saya pada halaman IDN Times. 

Saya sedikit kesal pada diri sendiri karena baru mengetahui bahwa ada media online sebagus itu yang menyediakan wadah bagi generasi muda Indonesia untuk menyalurkan passion menulisnya itu.

Menurut saya IDN Times itu spesial. 


Why


Karena untuk menjadi bagian dari community writers-nya cukup mudah. Hanya perlu login via email atau facebook. Setelah itu, bisa langsung masuk di “dashboard”, pilih “listicle” atau “narasi”. 

Saya sendiri suka menulis dengan memanfaatkan fitur “listicle” karena menurut saya lebih fleksibel & menarik. Ini tampilan halaman untuk login di IDN Times.


Friends, 2 artikel pertama saya hingga saat ini belum mendapat tanggapan dari Tim editor IDN Times. 

No problem. Sambil menonton TV, saat itu saya kembali mengirimkan artikel yang ketiga, berjudul:



Artikel tersebut saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi.

And … what happened? 

Artikel tersebut langsung disetujui & dipublikasikan dalam waktu 1x24 jam. Rasanya, luar biasa!

Secara psikologis, artikel yang diterbitkan itu memberikan semangat baru bagi seorang “penulis pemula”. 

Saya kembali mengirimkan tulisan berjudul:



Tulisan tersebut terinspirasi dari pengalaman seorang sahabat yang kena bully dari lingkungan tempat tinggalnya. 

So, tulisan itu kembali disetujui & diterbitkan oleh IDN Times kurang dari 24 jam. Serius, gak bohong!

What happened to me? 

Melalui kedua pencapaian itu, saya pikir semuanya cukup mudah. 

Saya semakin giat mengirimkan tulisan-tulisan dengan berbagai tema. 

Namun, 4 artikel dengan tema pendidikan & kesehatan yang saya kirim berturut-turut tidak mendapat tanggapan sama sekali dalam waktu yang cukup lama. 

Ya, semuanya mendapat status “pending review”. Saat itu saya menjadi kurang bersemangat & bertanya-tanya, mengapa pihak IDN Times tidak memberikan konfirmasi. 

Percayalah, menjadi penulis itu memang butuh kesabaran level dewa.

Selanjutnya, hingga tulisan ini diposting saya berpartisipasi dalam proyek penelitian dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas), hobi menulis itu berhenti sejenak. 

Yup, hingga beberapa minggu berikutnya saya kembali memiliki waktu luang dan akhirnya mencoba menulis lagi di IDN Times.

Namun, akun facebook yang saya gunakan untuk login ternyata tidak bisa digunakan. 

Saya bingung karena tidak pernah melakukan perubahan apapun pada setting aplikasi IDN Times di FB saya. 

Hmm, akhirnya saya mengirimkan keluhan itu via email IDN Times, yaitu community@idntimes.com


Saya senang sekali karena langsung mendapat jawaban dari IDN Times dan  diberikan solusi untuk mendaftar via email saja. 

Bahkan, saya dibuatkan password baru agar bisa masuk di “dashboard” pribadi. 

Saya kaget karena setelah beberapa lama vakum menulis, 4 tulisan sebelumnya ternyata sudah mendapat feed back dari Tim editor IDN Times. 

Mereka memberikan arahan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki. Sebagai penulis pemula di media online, tentu saja saya dengan senang hati mengikuti petunjuk itu. 

And … 

beberapa hari kemudian keempat tulisan itu langsung dipublikasikan di bulan Februari secara berturut-turut. Yes!

So what? 

Hal ini memberikan saya pengalaman berharga bahwa jika punya keluhan, saran, atau kritik terhadap sebuah media, sebaiknya "curhat" saja via emailnya.


Alasannya? 


Karena hal itu lebih friendly dibandingkan mengeluh secara terbuka via media sosial, seperti facebook & instagram (belum tentu dapat solusi & bikin netizens yang baca jadi senyam-senyum).

Hal lain yang menurut saya seru & penuh kejutan adalah fitur “rejected” yang dimiliki oleh IDN Times. 

Saya pernah membaca beberapa komentar dari netizens bahwa mereka tak pernah mendapat konfirmasi apapun dari pihak IDN Times mengenai artikel-artikel yang sudah dikirimkan. 

Status tulisan mereka hanya bertengger pada posisi “pending review” saja.



Saya pribadi bersyukur karena mendapat pemberitahuan.

Yah, selain “revision”, saya juga mendapat 2 jumlah “rejected”. 

Namun, saya akui bahwa kedua jenis notifikasi tersebut memang sangat terlambat pemberitahuannya. 

Di sisi lain, penolakan tersebut memang bisa menurunkan semangat kita.

Hidup seorang penulis memang harus dipenuhi dengan pikiran positif.

Friends, hal lainnya lagi yang membuat saya termotivasi  menulis di IDN Times adalah poin yang diberikan kepada penulis ketika karyanya berhasil dipublikasikan. 

Kalau kita berhasil mengumpulkan minimal 2500 poin, maka itu sudah setara dengan uang senilai Rp. 250.000 ribu. Sebelumnya, redeem poin itu hanya bisa dilakukan melalui rekening Bank BCA. 

Namun, saat ini redeem poin sudah bisa dilakukan via rekening bank lain, yaitu BRI, BNI, Mandiri, dan sebagainya.

Saya sudah melakukan permintaan redeem poin pada bulan April 2018 lalu. 


Hingga bulan Juni ternyata Honor Menulis saya belum cair. Karena penasaran, saya mengirimkan email ke IDN Times.

Alhamdulillah, saya dapat balasan. Katanya masih dalam proses si-transfer.

Kalau begitu … Ya, sabar aja dulu.

Mungkin masih dalam (proses) penyesuaian, berhubung saya pendatang baru di IDN Times (hehe).

Namun, tiba di bulan Agustus 2018 masih belum cair juga. Hiks …

Saya email kembali ke IDN Times. Ya, mungkin operatornya belum ada waktu untuk membalas.

Insya Allah kalau honor menulis saya sudah cair, akan ada update-nya di postingan ini. 

o-------------------------------o

Friends, di awal Februari 2019 karena penasaran saya mengirimkan pertanyaan ke email IDN Times mengenai honor menulis tersebut.

Alhamdulillah, tidak lama kemudian saya mendapatkan konfirmasi dari operator IDN Times.


Ternyata redeem poin saya tidak diproses karena saya keliru mencantumkan foto yang diupload.

Seharusnya yang dicantumkan adalah foto halaman depan buku tabungan, bukan foto profil diri kita. 

Setelah mengupload foto halaman depan buku tabungan (yang tertera nama pemilik rekening, nomor rekening, cabang bank & kota), akhirnya redeem poin saya diproses.

Alhamdulillah sudah ditransfer ke rekening saya pada Jumat, 8/2/2019.

Karena ketidaktahuan tersebut saya menunggu satu tahun untuk honor menulis saya.

Aduh, rasanya gimana gitu (hehe) ... 

So, apapun yang terjadi dalam hidup ini kita harus selalu berusaha berprasangka baik.

Karena kekeliruan atau kesalahan bisa berasal dari diri kita sendiri :D

o-------------------------------o

Oh iya, selain fitur “revision” dan “rejected”, saya pribadi memiliki kepuasaan tersendiri ketika melihat “total views” dan “rank of writers” di halaman dashboard.  

Teman-teman, Ini tampilan dashboard pribadi milik saya.


Seperti yang kalian lihat pada gambar di atas bahwa 8 artikel memiliki status “published”, sedangkan 2 artikel lainnya mendapatkan status “rejected”. 

Oh iya, total views untuk artikel:



memang sengaja tidak saya tutupi berhubung artikel itu memiliki rating paling bagus di antara artikel-artikel saya yang lain (hehe, geer + pamer). 

Menulis memang bukan pekerjaan yang mudah. Setuju?

Apa lagi, yah? 

Oh ya, teman-teman bisa lihat sendiri dari total 8 artikel yang berhasil “gol” dengan total views 77708, saya menempati “rank of writer” ke 258 dari jumlah penulis yang sudah mencapai 51102 orang per tanggal 15 Maret 2018. 

Wow! Ternyata banyak sekali generasi muda Indonesia yang memiliki minat menulis.


"Di atas langit masih ada langit" 


Saya semakin bersemangat untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih berkualitas dari waktu ke waktu. 

Now what? 

Saya merasa hidup ini semakin bermakna karena saya bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan sewaktu menempuh pendidikan di perguruan tinggi melalui aktivitas yang positif.

Salah satunya mengisi waktu luang dengan menulis di IDN Times.

Saya menyadari bahwa tidak semua tulisan saya mendapat kesempatan yang sama untuk dipublikasikan. 

Namun, beberapa tulisan yang berhasil “gol” menjadi sejarah hidup yang berkesan. Ini tulisan-tulisan saya yang mendapat status “published” dari IDN Times. 



Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, namun selama ia tidak menulis, maka ia akan hilang dari masyarakat & sejarah”. 


So, menulislah dengan niat yang baik, logika & hati yang tulus.

Silahkan mampir juga pada postingan lain di bawah ini. 

#Hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup.

Comments

  1. Pengalaman menarik... boleh saya berbagi artikel tentang Florence sepanjang Sungai Arno di https://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/04/florence-sepanjang-sungai-arno.html
    Lihatlah juga videonya di Youtube https://youtu.be/Wzp8pgiZn7c

    ReplyDelete
  2. Insya Allah akan saya lihat artikel dan videonya. Thanks ya sudah mampir :)

    ReplyDelete
  3. Mantap!! jgn lupa mampir ke www.androfire.online

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Kok saya walaupun artikel udah di publish tapi total views dan poin tetap 0 ya? mungkin mbak bisa membantu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelumnya makasih sudah mau mampir.
      Oh iya, kalau gak salah pernah beberapa artikelku dinyatakan "publish" oleh IDN Times. Satu hari sudah berlalu, tapi ternyata jumlah viewsnya itu "O". Namun, setelah mengecek kembali dashboard saya beberapa hari kemudian, ternyata total views & poinnya sdh bertambah secara otomatis.
      Kadang artikel kita memang dinyatakan "publish", tapi belum ditampilkan pada hari itu juga di halaman IDN Times & akhirnya mesin pencarian google belum "membacanya (saya pernah mengeceknya sendiri, hehe).
      So, Mas Afiq coba cek artikelnya di google, kalau sudah terbaca berarti artikelnya sudah diposting secara resmi oleh IDN Times & insya Allah jumlah viewsnya akan bertambah & otomatis poinnya juga bertambah.
      Namun, kalau misalnya sudah beberapa minggu/sudah sebulan tampilan/data views & poinnya gak berubah di dasnboard Mas Afiq, sebaiknya tanyakan via emailnya: (community@idntimes.com). Aq beberapa kali pernah mengirim pertanyaan ke email tersebut & alhamdulillah responnya juga lumayan cepat.
      Thanks sudah mampir :)

      Delete
  6. kak mau tanya. kalau ngescreenshoot foto di ig kan pixelnya jadi gak bagus. nah kalau aku liat sih di idntimes fotonya ngambil dari ig dan kualitas fotonya ttp bagus. yg aku mau tanyain, gimana caranya agar foto yg kita ambil dari ig pixelnya bisa bagus?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pakai cara yg sederhana aja sih, berhubung aku gak menguasai "photoshop". Jadi, aku manfaatkan aja aplikasi "paint" yg ada di laptop. Setelah gambarnya di-screenshoot, pindahkan ke halaman "paint" terus pilih "resize" lalu klik "pixels". Klo gak salah, IDN Times menetapkan ukuran minimal 850 pixels yah? Kamu tinggal isi ukuran gambar yang kamu inginkan pada kolom "horizontal", nah otomatis kolom vertikalnya akan terisi sendiri. Setelah itu di save aja, pilih jenis gambar "jpg" atau "png", dsb. Itu aja. Semoga bisa membantu. Makasih sudah mampir.

      Delete
  7. Kalau boleh tahu sampai saat ini penghasilan dari menulis di Idntimes tersebut berapa yah..??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya termasuk penulis pemula di media online
      & baru bergabung di IDN Times. Sebenarx semakin banyak tulisan kita yg disetujui & dipublish oleh IDN Times, serta mengundang banyak pembaca, maka hal itu semakin menguntungkan karena hal itu dapat menambah poin seorang penulis. Poin inilah yg dikalkulasi menjadi pundi2 rupiah. Jadi, klo masalah banyak sedikitx penghasilan itu beda2 tiap penulis Mas Aboy. Misalx saja dalam 1 bulan kita berhasil menerbitkan 30 tulisan, maka hasilx pasti lumayan :) terima kasih sdh mampir.

      Delete
  8. Malam kak. Saya newbie di IDN Times. Untuk pertama kalinya artikel saya dipublish pada tanggal 5 Agustus kemarin, sampai sekarang point, rangking, dan view tetap 0, sedangkan artikel saya sudah terbaca digoogle dan juga saya sudah beberapa kali kirim mail tapi tidak ada tanggapan, dan saya inbox di fb resminya, dibaca namun tak dibalas 😭 apa kakak pernah mengalami hal demikian juga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, selamat yah. Aku juga pernah mengalaminya. Saya juga bingung karena sudah ada notifikasi bahwa artikel saya "publish, tapi tak ada perubahan apapun pada jumlah view-nya. Saya cuekin aja waktu itu (hehe). Awalx saya pikir jangan-jangan belum ada pembacanya. Ternyata keesokan harinya jumlah "view"-nya sudah ada perubahan. Mungkin itu semua masih dalam proses penyesuaian karena itu pertama kalinya artikel kamu di-publish. Sabar aja dulu :) Honor menulis dari IDN Times juga belum cair, padahal aku melakukan redeem poin dari bulan April. Ya, mungkin memang seperti itu "aturan mainnya" hehe. Makasi yah sdh mampir.

      Delete
  9. kaka sabar banget ya nge redeem dari bulan april sampe skrng belum cair cair. Btw, kaka fans dari master Pramoedya Ananta Toer Juga ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar gak boleh ada batasnya (hehe). Aq sih bukan fans fanatik Pramoedya :) Aku suka aja dengan ucapan beliau yg memberikan inspirasi & semangat. Yg baik disimpan, yg tidak baik buang jauh2 (kok aq ceramah) :D Makasih yah sudah mampir.

      Delete
  10. Hai..

    Pengalaman yang cukup menarik,

    ReplyDelete
  11. Kenapa kok tidak ngeblog aja mbak? yang di adsens kan. Kan lumayan dari pada nulis di idntime.

    Alasannya apa ya mbak kok milih idn Time.

    Dan selain di idn Time, nulis dimana lagi biasanya?

    Berkunjung ke blog saya ya mbak https://cakmustop.blogspot.com

    Kalau Ndak keberatan klik iklan ya mbak. Biar penghasil adsens nya nambah wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang sih aku sudah mulai membiasakan diri menulis di blog pribadi ini.

      Sudah pernah coba daftar di google adsence tapi kayakx ada yg keliru dari caraku. Jadi, belum dapat persetujuan sampai sekarang (hehe).

      Sebenarnya IDN Times itu media pertama aku menulis online.

      Nah, karena beberapa tulisanku tidak diterbitkan akhirnya aku belajar ngeblog secara otodidak.

      Pengen coba menulis di media online yg lain juga sih, tapi kayakx harus beradaptasi dulu dengan teknik penulisannya.

      Kan tiap media beda cara penyajian beritanya.

      Alasan nulis di IDN Times?

      Cara penyajian bahasanya cukup ringan & simpel.

      Saya juga sering dapat masukan di dashboard dari pihak IDN Times terkait tulisan saya sebelum akhirnya diterbitkan.

      Kalau masalah honor, saya belum mendapatkannya, katanya masih proses sitransfer.

      Berprasangka baik aja karena penulis lain di IDN Times buktinya masih eksis dengan tulisan2 mereka.

      Artinya mereka sudah dapat sesuatu dong, hehe.

      Sekarang sih lebih fokus nulis di blog ini u/ meningkatkan keterampilan menulis saya.

      Iya deh, nanti saya kunjungi blog & iklannya, Mas :D

      Makasih sudah mw mampir di blog sederhana ini :)

      Delete
    2. pengalaman yang menarik,

      btw, kalau mbak kesulitan daftar adsense kunjungi aja blog saya : https://mediaspot7.blogspot.com di situ ada beberapa tips supaya cepat di aproved oleh pihak adsense.

      Delete
    3. Wah, makasih infonya 😀

      Makasih sdh mampir.

      Delete
  12. Hay kak mau nanya donk, maksud dari excerpt yg di idn times itu yg gimana sih.. Aku newbie banget, masih bingung. Bedanya ama judul
    Bisa kasih contoh gak..
    Thankyou sebelumnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Fransiska 😀

      Judul :

      Penilaian Tentang Jurusan Bahasa Indonesia Ini Cuma Mitos, lho!

      Excerpt:

      Bagi kamu yang sedang menempuh pendidikan formal, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) pasti punya impian untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Universitas.

      Sebagai calon-calon intelektual muda kalian jangan mudah percaya pada mitos tentang jurusan-jurusan tertentu yang dianggap "kurang prestisius".

      Nah, salah satunya adalah jurusan Bahasa Indonesia.

      Ini lho 5 mitos atau pandangan salah kaprah mengenai jurusan bahasa Indonesia yang masih happening di 2019 ini.

      Check it out.

      Excerpt itu lebih kepada penjelasan singkat mengenai isi tulisan kamu

      (Semacam basa-basi sebelum masuk kepada inti tulisan hehee).

      Makasih ya sdh mampir.

      Delete
  13. Halo kak, aku mau tanya juga, aku kan pemula di idn times juga nah yang aku keluhin itu 5 artikel saya kok belum ada perubahan2 ya statusnya masih pending terus. Saya jadinya agak ragu sebenarnya artikel saya ditolak apa nggak pas itu saya cek di pencarian google juga siapa tau artikel saya udah ada tapi pas dicari di google pun gak ada. Saya bingung dan bener kata kaka ini bikin saya putus asa banget.
    Yang kedua aku mau tanya, kak. Apa kalo masih pemula ganti foto profil sama sampul itu sesusah itu ya padahal saya udah ikuti arahannya.
    Makasih kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Anesa ..

      Status pending review memang bikin galau 😀

      Mungkin saking banyakx tulisan yg masuk di IDN Times, penulis pemula harus antri dulu hehee ...

      Klo tulisan kita publish akan ada notifikasi, kok.

      Masalah ganti foto biasanya butuh waktu 1x24 jam.

      Malah aq sempat bingung krn foto profilq gak bisa diubah.

      Tapi, ternyata esokx sudah terganti dengan foto baru.

      Makasih yah sdh mampir.

      Delete
  14. Halo kak, mau tanya nih..apa sampai sekarang honor menulisnya di idntimes belum cair? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Nurul 😀

      Iya nih katax masih proses sitransfer.

      Lama sangat 😏

      Makasih sdh mw mampir.

      Delete
  15. Hallo.. ada group khusus untuk para penulis IDN times gak yah.? Barangkali ada anggotanya disini, Seperti group WA atau group Fb
    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Filiyah.

      Wah, seru juga klo kita bikin grup penulis secara umum atau khusus u/ IDN Times.

      Kita bisa saling berbagi pengetahuan & pengalaman menulis.

      😀

      Delete
  16. Hai kak, saya mau bertanya kalau nulus artikel di idntimes melalui ponsel apa ada pengaruh atau perbedaannya dgn yg dikomputer?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Primarani.

      Secara pribadi, saya lebih suka menulis di laptop/ komputer.

      Mungkin krn faktor kebiasaan & rasa nyamanx krn layarx lebih besar 😀

      Meskipun nulis di ponsel lebih praktis, tapi saya merasa lebih puas melihat tampilan tulisan saya di laptop.

      Yang paling sederhana, saya merasa lebih mudah mengatur spasi tulisan hehe ...

      Itu saja sih perbedaanx menurut saya.

      Klo kualitas tampilan tulisan sepertix sama aja krn nantix akan diedit oleh editor.

      Makasi sdh mampir.

      Delete
  17. Halo. Tulisannya keren. Masih nulis di IDN Times saat ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Weldy 😀

      Sebenarnya masih hehe ...

      Skrg lebih fokus menulis di blog aja, lebih santai.

      Klo di IDN Times harus berpikir matang2 dulu baru posting 🤔

      Makasi sdh mw mampir di blog yg sederhana ini.

      Delete
  18. Permisi, saya mau tanya mba.Kok saya nulis artikel tulisan tanggalnya bisa 11 juli 2018 dan itu tidak bisa diatur.Padahal saya nulis artikelnya tanggal 21 April 2019.mohon penjelasannya mba!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebaiknya hubungi operator IDN Times via email.

      Kamu bisa sampaikan bahwa ada kekeliruan waktu penerbitan artikel.

      Kesannya, artikel tersebut terbitan lama, padahal baru saja diterbitkan.

      Iya kan?

      Kemungkinan ada sedikit kesalahan dr editornya, hehe ...

      Makasi sdh mampir 😀



      Delete
  19. Halo! Saya juga menulis di idn times, masih pemula . Saya mau tanya, biasanya inspirasi tulisannya dari mana saja? Apakah ada sumber referensi untuk konten di artikel? Saya sering kehabisan ide dalam menulis. Oh ya, dalam menulis satu artikel biasanya mbak butuh berapa lama untuk menulisnya? Terima kasih, semoga sempat dibalas😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Tiara 😀

      Inspirasi tulisanx macam2. Bisa dr pengalaman sendiri, mengamati kebiasaan orang lain (hehe), baca buku, atau baca artikel2 di internet.

      Biasanya sih satu hari, satu artikel aja, krn aq pengen yg detail tapi aq santai jg orangnya. Tiap orang kan punya tempo hidup yg berbeda2 (hahaa).

      Makasih ya sdh mw mampir.

      Delete
  20. Halo kak, mau nanya, kita harus upload foto ktp dan npwp yaa kalo mau jdi writer yg terverifkasi? Soalnya saya gabisa klik kirim ke editor, apa karena belum upload kedua foto itu? Gimana kalau masih kuliah dan blom punya npwp? Mohon infonya, terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halooo Yoayokka 😀

      Saya juga belum terdaftar sebagai penulis yg terverifikasi, kok. Hehee

      Tapi alhamdulillah artikel bisa terkirim.

      Coba hubungi email IDN Times jika ada masalah di dashboard. Insha Allah balasannya cepat.

      Makasi sdh mampir.

      Delete
  21. Mau tanya dong mba... Kan saya juga suka pengen nulis gitu yah. Tapi masih tersimpan d laptop. Kalo nulis di IDN ini tinggal ngopy aja bisa aja kan ya mba. dan well tapi pas nulis judul terus pas klik submit editor selalu ada bacaan "medias not found?" ? kenapa ya ituu? makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Lisna ...

      Biasanya saya juga pakai teknik seperti itu. Tulisan yg ada di word dicopi ke dasboard IDN Times.

      Hanya saja berdasarkan pengalaman kalau kita terlalu lama "stay", kadang dashboard mengalami masalah (saya kurang tahu kenapa bisa begitu).

      Jadi, setelah tulisan & gambar yg kamu buat rampung & sudah bagus, segera klik "simpan" jangan langsung disubmit.

      Setelah itu klik "draf" (tempat tulisan yg tersimpan) baru kemudian klik submit.

      Makasih sdh mampir.

      Delete
  22. Bagi pemula apa harus setiap hari atw cuma 3 hari aja dlm seminggu??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo mau menulis tiap hari gak papa kok heheee ...

      Never give up!

      Delete
  23. Makasih banget sharingnya! Saya juga lagi nurun semangat nulisnya karena status pending. Ternyata bisa nanya lewat e-mail, ya. Senangnya tercerahkan

    Btw, semangat terus ya, Mbak!

    ReplyDelete
  24. Saya juga baru mulai menulis di idntimes saya mau menanyakan minimal berapa kalimat ya menulis di idntime apkah bebas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Pian. Maaf baru sempat balas yah :)

      Setahu saya gak ada jumlah minimal. Intinya, kalimat harus padat, jelas, serta memiliki bahasa Indonesia yang bisa dipahami dengan baik dan benar semua orang.

      Kalau aku pribadi sih dalam satu paragraf itu, minimal dua kalimat. Jujur, aku sendiri belajarnya dari artikel-artikel yang ada di IDN Times. Jadi, kamu bisa lihat contoh artikel-artikel yang sudah aku tulis, link-nya ada di dalam tulisan ini. Kamu juga bisa belajar dari artikel-artikel penulis lain yang tulisannya sering "gol" di IDN Times.

      Kalau artikel yang kamu kirimkan itu memang mumpuni untuk ditebitkan, editor IDN Times akan mengeditnya kok, hehee ...

      But, klo struktur dan kaidah kalimat/ bahasanya agak rempong, biasanya sebelum diterbitkan, editor akan menyuruh kita memperbaikinya terlebih dahulu.

      Pian semangat, yah!

      Delete
  25. Kak, mau tanya. Kan kalo artikel kita dipublish dapat 500 poin. Nah, itu hanya dapat saat artikel pertama saja, atau setiap artikel kita dipublish dapat 500 poin?

    ReplyDelete
  26. Halo ��

    Maaf nih baru sempat balas.

    Waduh, sudah lupa 2 ingat hehee. Tapi, biasanya sih memang gitu dapat 500 poin klo artikel terbit apalagi klo IDN Tikes mengadakan even2 tertentu.

    Setahu aq jumlah poin juga bergantung jumlah pembaca artikel kita.

    Jadi, semangat yah ��

    ReplyDelete

  27. Maaf ka, mau nanya berarti kalau misalnya tulisan kita yang pertama sudah dterbitkan juga tidak bisa langsur cair honornya... Jadi diakumulasikan dengan tulisan kita yang lain? . Kalau terbit itu juga ??. Tolong dibalas. Makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo ☺️

      Untuk mencairkan honor menulis itu ada poin minimal yang harus didapatkan oleh si penulis.

      Jadi, bergantung poin yang didapatkan dari artikel yg terbit.

      Bisa aja sih kalau artikel pertama kamu yg diterbitkan itu review-nya banyak banget atau misalnya IDN Times mengadakan "sayembara" untuk jenis tulisan tertentu dan ternyata artikel kamu itu termasuk salah satu yg lolos, maka biasanya kamu akan dapatkan bonus poin berlipat-lipat.

      Jadi, honornya itu bergantung jumlah poin yg kamu dapatkan dari artikel-artikel kamu.

      Semakin banyak artikel yg terbit dan review-nya banyak, otomatis poin kamu juga makin banyak, akhirnya bisa Redeem poin deh 😃

      Kalau sekarang-sekarang ini aku jarang nulis di Idntimes soalnya lagi sibuk kerja (heheee) meskipun masih pandemi Corona 😌

      Aku kurang update, mungkin aja Idntimes ada beberaoa perubahan u/ honor menulisnya, tapi kurang lebih seperti ini pengalamanku sebelumnya.

      Makasih sudah mampir 🙏


      Delete
  28. Mau nanya ka, status saya sudah berubah dari "Member" menjadi "Writer", namun artikel yang saya kirimkan masih pending dan belum terbit?
    Padahal setahu saya kalau status berubah ke Writer kan harus terbit mininal 1 artkel ka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo ☺️

      Saya kurang tahu kalau ada aturan seperti itu di IDN Times saat ini.

      Kalau artikel masih pending berarti dalam proses seleksi atau sementara diedit oleh editornya.

      Menurut pengalaman saya, paling lama satu minggu artikel kita dikonfirmasi, kalau lewat dari itu mungkin kita harus coba lagi artikel lain.

      Semangat 👍

      Delete
    2. Thanks atas sharingnya ka, sukses selalu !

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review: Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU

Kulit Lembab, Segar, dan Glowing dengan Natur-E Apa kabar … (Tidak tahu mengapa akhir-akhir ini saya hobi sekali me- review “sesuatu”) Memang ada keuntungannya? Mungkin …   :D (masih rahasia) So … Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah me- review "Handbody Citra Mangir Jawa & Anggur India" . Kali ini saya ingin sekali membagi pengalaman positif tentang Vitamin Kulit Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU . Friends, di awal kuliah S1 (sekitar tahun 2009) saya pernah mengonsumsi Natur-E 100-IU (warna hijau). (Kalau tidak salah zaman itu memang Natur-E hanya punya satu varian). Namun, saya kurang teratur mengonsumsinya. Maklum, waktu itu kesadaran untuk merawat kulit belum seperti sekarang ini (wkwkwk). Nah, di zaman now , saat perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian mudahnya diakses, maka info seputar pentingnya menjaga kesehatan kulit pun mudah sekali didapatkan. Selain itu , sebagai wanita Indonesia yang ting

Keloid (Pengalaman Suntik Keloid di Rumah Sakit) (7)

Alhamdulillah, Keloid Itu Akhirnya Sembuh  Dalam tulisan kali ini saya ingin menghidangkan dan membagi pengalaman tentang  proses penyembuhan  masalah kulit yang saya alami, yaitu  KELOID. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya  menyebut keloid  ini semacam  daging yang tumbuh  di bekas luka, misalnya: bekas cacar air, bekas gigitan nyamuk yang digaruk hingga menyebabkan lecet, bekas luka karena terjatuh, bekas luka bakar, dsb.  Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambar keloid yang tumbuh di dada saya. Keloid yang tumbuh di bagian dada tersebut berawal dari cacar air yang saya alami pada tahun 2002 . Sebagai anak berusia 11 tahun yang penuh dengan rasa penasaran, saya selalu memperhatikan cacar air tersebut & akhirnya tergoda untuk menyentuh, memencet, dan mengorek-ngorek cacar air yang sudah mulai mengering itu.  Alhasil, bukannya sembuh atau kempes, bekas cacar air tersebut malah menimbulkan masalah baru, yaitu  keloid. Bisa jadi saat itu kuku saya

Pengalaman Terkena Penyakit Kulit Sarampa

Sarampa, Penyakit Apa Itu? dok. pribadi Assalamu Alaikum Friends … Pada postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman terkena penyakit kulit bernama Sarampa . Sepanjang perjalanan hidup (dramatis dikit), pertama kalinya di bulan April 2019 saya mengalami gatal yang sangat, sangat luar biasa pada sekujur tubuh. Awalnya saya pikir semua itu disebabkan oleh ulat bulu karena sudah seminggu, hewan imut tersebut berwara-wiri di halaman & di dalam rumah. Saya juga heran mengapa hewan kecil tersebut tiba-tiba saja berseliweran, bukan hanya di rumah saya tetapi di rumah tetangga-tetangga yang lain. Ilustrasi wabah ulat bulu Jangan-jangan kami terkena wabah ulat bulu :D Baca Juga: 4 Karakter Pria Yang Diidamkan Wanita Di sisi lain, saya juga menduga-duga bahwa gatal yang saya alami bukan hanya disebabkan oleh ulat bulu, melainkan karena saya baru saja mengganti produk sabun cair. Mungkin kandungan bahan di dalamnya tidak cocok dengan k