Bacalah
dan Anda Pasti Terkejut!
Agatha Christie memang
telah tiada di dunia ini. Namun, novelis asal Inggris itu menyimpan banyak
kenangan dan memberikan banyak nasihat mengenai sifat-sifat manusia dalam novel-novelnya.
Saya yakin bahwa
setiap fans Agatha pasti punya
pendapat & pengalaman tersendiri setelah membaca karya-karya beliau.
Jika dibandingkan
dengan pembaca-pembaca lain di seluruh dunia, saya mungkin belum layak disebut
sebagai “fans fanatik” karena baru
bisa mengkhatamkan 13 dari 80 novel beliau.
Why?
Pertama:
sebagai “sastra jadul” (meskipun sudah
mengalami pembaruan cover) ketersediaan karya-karya Agatha Christie di
wilayah Timur seperti di tempat tinggal saya, Makassar, tidak “se-excited” di Pulau Jawa.
Di zaman now, beli online kan bisa?
But …
Kedua: sebagai novel terjemahan yang berasal dari
penulis terkenal, persoalan harga
novel yang lumayan mahal menjadi kendala tersendiri bagi orang-orang
yang masih bekerja “part-time” setelah
lulus S2 (maksudnya saya sendiri).
Hehe.
Baiklah, dari 13
novel Agatha yang saya miliki, 3 novel berikut memiliki level kemisteriusan
yang paling seru (menurut saya).
Let’s see …
dok. pribadi
1. Murder
is Easy “Membunuh Itu Gampang”
Kisah dalam cerita
ini dimulai dengan pertemuan antara Luke Fitzwilliam dan wanita tua, Miss
Pinkerton.
Perkenalan dan
obrolan mereka tentang seorang pembunuh merupakan ketidaksengajaan ketika
berada di kereta api kelas satu dalam perjalanan menuju London, Inggris.
Dalam obrolan
mereka, Miss Pinkerton menyampaikan kepada Luke mengenai sorot mata khusus seorang
pembunuh yang terbaca olehnya saat itu.
Bahkan si nenek
mengungkapkan bahwa pria bernama dr. Humbleby akan menjadi korban selanjutnya.
Pria muda itu mendengarkannya dengan maklum, sedikit
meremehkan. Saat kereta api akan berhenti, nenek tua itu berkata:
“Membunuh itu gampang, selama tak ada orang
yang mencurigai kita. Dan tahukah Anda, si pelaku itu sendiri justru
orang
yang paling tidak dicurigai!”
Mendengar itu Luke
terbelalak kaget. Mereka berpisah dengan perasaan terkesan satu sama lain.
Beberapa waktu
berlalu, tanpa sengaja ketika Luke membaca surat kabar ia mendapatkan informasi
bahwa ibu tua yang menjadi teman seperjalanannya tewas tertabrak mobil.
Adapun dokter baik
hati yang telah diceritakan sebelumnya oleh Alm. Miss Pinkerton juga meninggal
beberapa hari kemudian.
Luke ingin
membereskan semuanya & memutuskan untuk mengunjungi Wychwood-Under-Ashe,
desa si nenek tua, lokasi terjadinya beberapa pembunuhan.
Mungkin sudah menjadi
keberuntungan hidup Luke bahwa sahabatnya, Jimmy, memiliki seorang sepupu
perempuan bernama Bridget Conway yang tinggal di desa tersebut.
Jimmy mengurus
segalanya, dan Luke tiba di desa itu sebagai seorang “Penulis”.
Berikut ini
beberapa bagian kecil informasi kematian
di desa Wychwood.
1. dr. Humbleby meninggal
akibat goresan kecil di kulitnya yang mengalami infeksi.
2. Tommy Pierce,
pemuda yang tampan tapi nakal, jatuh dari gedung perpustakaan saat membersihkan
jendela-jendela paling atas.
3. Amy Gibbs,
pembantu rumah tangga yang cantik, salah meminum cat topi. Ia mengira itu obat
batuk.
Masih ada
korban-korban lainnya …
Mendekati akhir
cerita, pembaca akan disuguhkan pada kenyataan bahwa semua kematian orang-orang
itu betul-betul mengarah kepada:
Lord Whitfield “Gordon”,
(tunangan Bridge Conway
di desa Wychwood)
Ia merupakan
seorang pria yang punya penilaian tinggi mengenai dirinya. Dia selalu
menganggap dirinya hebat sekali dan sangat penting.
Secara psikologis
itu semua untuk menutupi rasa rendah diri.
Luke mengungkapkan
kepada Bridge bahwa Gordon pernah mengatakan dengan bangga bahwa semua orang
yang telah berbuat kasar kepadanya pasti mengalami musibah atau Mati.
Bridge patah hati
mengetahui kenyataan itu & akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Gordon,
pergi bersama Luke.
Gadis itu mengungkapkan
kepada Luke bahwa mereka berdua sebenarnya masih berada dalam bahaya karena
telah menyakiti seorang pria sombong.
Demi keselamatan, Luke
menyarankan Bridge untuk tinggal di rumah Miss Honoria Waynflete (sahabat alm.
Miss Pinkerton), yang merupakan mantan tunangan Gordon di masa lalu.
Bridge menilai Miss
Waynflete & menyebut dalam hatinya …
“Perempuan kurus beruban yang tak dicintai siapa pun
juga”
Sementara Luke meninggalkan
kedua mantan tunangan Gordon itu, ia mengurus segala keperluan agar bisa pergi
dari desa secepatnya.
Di rumahnya itu,
Miss Waynflete mengungkapkan kepada Bridge bahwa ia hanya bisa memendam curiga
kepada Gordon sekian lamanya, tanpa dapat berbuat apa-apa.
Ia berharap agar
Bridge & Luke dapat meninggalkan desa itu dengan selamat.
Dalam obrolan itu,
Luke menelpon Bridge untuk menginformasikan bahwa dirinya telah tiba di
penginapan Bells and Montley, dan mengakhiri pembicaraannya dengan berkata:
“Baik.
Sampai ketemu, sayang”
Semuanya sudah klimaks
dan akhirnya si pembunuh …
Tertangkap Basah.
So, Anda yakin Gordon
pembunuhnya?
o--------------------------------------------------o
2. The
Murder of Roger Ackroyd “Pembunuhan Atas Roger Ackroyd”
Kisah dalam novel
ini dimulai dengan kematian Mrs. Ferrars yang ditangani oleh dokter James
Sheppard.
Kakak dokter
Sheppard, Caroline, menyatakan pendapatnya sebagai orang awam bahwa wanita itu
meninggal karena dengan sengaja meminum obat tidur terlalu banyak.
Caroline sangat
yakin bahwa bunuh diri yang dilakukan oleh Mrs. Ferrars diakibatkan oleh rasa
bersalah karena telah meracuni suaminya yang pemabuk satu tahun lalu.
Dokter Sheppard
tidak mengindahkan celoteh itu karena ia sudah tahu betul sifat saudarinya.
Beberapa waktu
berlalu hingga sahabatnya yang bernama Roger Ackroyd mengundang dokter Sheppard
untuk berkunjung ke rumahnya karena ingin menyampaikan sesuatu yang sangat
penting.
Ternyata …
Perlu Anda tahu
bahwa Mrs. Ferrars & Mr. Ackroyd menjalin cinta setelah suaminya yang kejam
itu meninggal.
Saat masih hidup,
wanita itu pernah menyampaikan kepada Mr. Ackroyd bahwa seseorang telah
berusaha memerasnya. Pemeras itu tahu bahwa ia telah meracuni suaminya.
Dokter Sheppard
melihat ekspresi jijik sekaligus tidak percaya pada wajah Mr. Ackroyd ketika
menceritakan semua itu.
Sayangnya, saat itu
Mrs. Ferrars menceritakan sosok pemeras itu secara samar-samar.
Untunglah sebelum
bunuh diri, janda itu sempat menulis surat kepada Mr. Ackroyd, dan sekarang
surat itu akan dibacakan di depan dokter Sheppard.
Mereka berdua akan
segera tahu siapa pemeras yang menyebabkan wanita itu putus asa & akhirnya
bunuh diri.
Dokter Sheppard
mendesak Roger Ackroyd untuk segera menyelesaikan surat yang ada di tangannya.
Namun, pria itu
gugup & menyuruh sang dokter untuk meninggalkannya seorang diri dalam ruang
kerja.
Malam mulai larut
ketika dokter Sheppard tiba di rumahnya. Saat hendak tidur, telepon berdering
dan suara di seberang sana menyampaikan bahwa Mr. Ackroyd telah dibunuh.
Untuk mempersingkat
kisah ini, terdapat delapan orang di rumah kediaman Mr. Ackroyd yang patut dicurigai, antara lain:
1. Mrs. Ackroyd:
Adik kandung Mr. Ackroyd
2. Miss Flora
Ackroyd: Keponakan Mr. Ackroyd
3. Mayor Blunt: Sahabat
Mr. Ackroyd
4. Mr. Geoffrey
Raymond: Sekretaris Mr. Ackroyd
5. Mr. Ralph Paton:
Anak tiri Mr. Ackroyd & tunangan Miss Flora
6. John Parker:
Pelayan Mr. Ackroyd
7. Elizabeth
Russel: Pelayan Mr. Ackroyd
8. Miss Ursula Bourne: Pembantu Mr. Ackroyd
Dalam kasus ini masing-masing
orang memiliki alibinya.
Namun, Ralph Paton merupakan orang yang paling
dicurigai oleh polisi karena setelah kematian Mr. Ackroyd ia pergi tanpa kabar,
menghilang begitu saja.
Miss Flora dan John Parker dapat dikatakan sebagai orang-orang terakhir yang
mengetahui Mr. Ackroyd hidup karena keduanya berpapasan di depan ruang kerja
pria itu.
Mr. Raymond dan Mayor Blunt sedang berada di ruang biliar (keduanya saling
membenarkan).
Mrs. Ackroyd menonton pertandingan
biliar dan segera tidur setelah itu (diakui oleh Raymond & Blunt).
Miss Russel mengobrol dengan
pembantu lain saat pembunuhan terjadi.
Ursula Bourne berada di kamarnya
kemudian ke ruang pembantu.
Misteri kematian
Mrs. Ferrars & Mr. Ackroyd mulai terungkap dengan campur tangan Hercule
Poirot.
Dokter Sheppard
tidak menyadari kehadiran pria Belgia itu hingga saudarinya, Caroline,
memberikan informasi bahwa tetangga baru yang gemar bertanam labu itu ternyata
seorang detektif terkenal.
Kehadiran Mr.
Poirot dalam kasus ini sebenarnya bukanlah suatu kesengajaan. Pada dasarnya ia
ingin menikmati masa pensiunnya dengan tenang di tempat itu.
Namun, Miss Flora mendatangi
& memohon bantuannya untuk menyelidiki kematian pamannya, Mr. Ackroyd. Ia
tidak yakin jika tunangannya, Ralph, adalah seorang pembunuh.
Hercule Poirot
mengajak dokter Sheppard bekerja sama mengungkap pembunuhan yang rumit ini. Mereka
berdua ibarat Sherlock Holmes & dokter Watson-nya Conan Doyle.
Terdapat petunjuk
berharga dalam kasus ini ketika Mr. Poirot terpaksa mengotori bajunya untuk
bisa mengetahui benda berkilat dalam kolam berlumpur di sekitar tempat tinggal
Mr. Ackroyd.
Dokter Sheppard mengira
Poirot gagal menemukan benda berkilat itu.
Namun, pria Belgia
itu mengatakan kepada dokter Sheppard bahwa ia tidak akan mengambil risiko
mengotori pakaiannya, tanpa keyakinan akan memperoleh apa yang diinginkannya.
“Melakukan
sesuatu tanpa perhitungan merupakan tindakan yang menggelikan dan gila-gilaan.
Dan saya tidak akan menjadi
bahan
tertawaan orang”
Dokter Sheppard
terpana karena ia tidak melihat apapun ketika Poirot mengeluarkan tangannya
dari kolam.
Poirot tersenyum
dan berkata:
“Kadang-kadang
ada waktunya seseorang harus menyembunyikan sesuatu. Apakah Anda memberitahukan
segala sesuatu kepada pasien Anda, Dokter? Saya rasa tidak”
Ternyata sebelum
Poirot memperlihatkan tangannya yang
kosong. Terlebih dahulu ia memindahkan isinya ke tangan lain.
Apa yang ditemukan
pria kecil itu?
Cincin
kawin seorang wanita
(tertulis dari R., 13 Maret)
Pada
lembaran-lembaran akhir novel ini Anda mungkin heran karena dokter Sheppard
meninggal dalam tidurnya.
Siapakah pembunuh
itu?
o-------------------------------o
3. Towards
Zero “Menuju Titik Nol”
Kisah tragis dalam
novel ini bermula ketika beberapa kerabat Lady Camilla Tressilian (seorang
janda yang hobi menjamu tamu-tamu di rumahnya) berkumpul di kediamannya,
“Gull’s Point”.
Adapun
kerabat-kerabat itu antara lain:
1. Mr. Treves:
Pengacara berusia 80 tahun dengan segudang pengalaman.
2. Nevile Strange:
Anak angkat Lady Tressilian & seorang olahragawan
3. Kay Strange:
Istri kedua Nevile, cantik tapi bertemperamen keras
4. Audrey: Mantan
istri Nevile, punya kecantikan yang klasik
5. Thomas Royde:
Saudara angkat Audrey, sangat pendiam
6. Mary Aldin:
Asisten Lady Tressilian, nyonya rumah yang baik
7. Ted Latimer:
Sahabat Kay, pria muda yang tampan
Obrolan mengenai pembunuhan
terjadi karena Miss Aldin menyinggung berita dari surat kabar yang
menginformasikan seseorang yang ditahan pihak kepolisian karena kasus tersebut.
Nevile berharap
penegak hukum menahan orang yang tepat dalam kasus yang sedang popular itu.
Pembicaraan itu menyentuh
ingatan Mr. Treves akan suatu kenangan kasus pembunuhan di masa lalu.
Pengacara itu
dengan sengaja & gamblang menceritakan bahwa ia pernah mendapati suatu
kasus ketika seorang anak kecil dengan sengaja membusur temannya sendiri.
Namun, anak itu
tidak mendapatkan hukuman dari pengadilan karena masih di bawah umur.
Mr. Treves menyadari
bahwa anak itu kini sudah dewasa. Tapi …
“Apakah
“si anak” masih berhati pembunuh?
Dia menambahkan,
meskipun pembunuh kecil itu sudah berganti nama, ia masih bisa mengenalinya
melalui tanda tertentu di tubuhnya.
Thomas Royde yang pendiam
& memiliki bagian cacat pada tubuhnya segera menyangkal semua asumsi
pengacara itu.
Mr. Treves pun menyadari
bahwa membahasnya bukanlah pembicaraan yang menyenangkan.
Ia memutuskan untuk
mengakhirinya dan pulang bersama Ted Letimer. Penginapan mereka berbeda tapi satu arah.
Saat tiba di tempat
tujuan, keduanya bertemu dengan Thomas Royde yang baru saja berjalan-jalan dari
kapal feri.
Mr.Treves heran
karena lift penginapan itu tiba-tiba rusak & mengharuskannya menaiki
tangga.
Kedua pria muda
yang mendampingi pengacara itu terdiam sambil menungguinya menaiki tangga, dan
akhirnya saling mengucapkan selamat malam & berpisah satu sama lain.
Esok hari Lady
Tressilian & para tamunya mendapat kabar bahwa Mr. Treves terkena serangan
jantung saat menaiki tangga & meninggal saat itu juga.
Semua orang
menganggap kematian orang tua itu wajar hingga beberapa hari berlalu dan …
Mrs.
Lady Tressilian ditemukan tewas di kamarnya
akibat
pukulan keras di pelipis kanan.
Nevile Strange
merupakan orang yang paling dicurigai oleh polisi Scotland Yard, Inspektur Battle
& rekan-rekannya, karena malam sebelum peristiwa terjadi, ia bertengkar
hebat dengan ibu angkatnya itu.
Sidik jari pada alat
pemukul golf yang terletak di kamar itu semua mengarah kepada Nevile.
Nevile tidak
berdaya karena seluruh kesalahan mengarah kepadanya hingga sebuah jas biru
miliknya ditemukan oleh polisi.
Pada kerah jas itu
terdapat sisa-sisa bedak merk Primavera Naturelle 1.
Sangat mengherankan karena bedak itu bukanlah kepunyaan istrinya, melainkan mantan istrinya, Audrey.
Sangat mengherankan karena bedak itu bukanlah kepunyaan istrinya, melainkan mantan istrinya, Audrey.
Mengapa Audrey
harus memakai jas milik Nevile? Itu pertanyaan Inspektur Battle.
Audrey akhirnya
ditahan oleh polisi & mengakui semuanya.
Inspektur Battle
seolah melihat bayangan Silvia, putri kecilnya, dalam diri Audrey. Ia
mengibaratkannya:
“Burung
yang dicekam ketakutan karena melihat ular
sehingga
tak bisa terbang”
Audrey memerlukan
keajaiban untuk mengakhiri cerita ini dengan bahagia.
So, teman-teman pecinta
novel Agatha Christie pasti sudah tahu akhir cerita ketiga novel ini.
Namun, bagi kalian
yang belum sempat membacanya, monggo …
“Kenyataan
itu seringkali tidak romantis”
#Hanya
ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup
Baca juga:
Comments
Post a Comment