Ujian tulis,
Wawancara, dan Psikotes
Pada kesempatan ini saya ingin membagi
pengalaman positif saat mencoba mengikuti seleksi dosen tetap di Pulau Jawa,
yaitu Surabaya.
Namun, sebelum sampai pada kesempatan itu,
saya diharuskan melewati berbagai ujian hidup (dramatis dikit :D) …
Friends, sebelumnya saya melaksanakan ujian
tutup S2 pada bulan Oktober 2017, dan secara resmi memeroleh gelar Magister
Humaniora (konsentrasi bahasa Indonesia) pada Desember tahun itu juga di
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
So, setelah
menjalani pendidikan beberapa tahun lamanya, tentu saja ada keinginan yang
cukup besar untuk mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh selama menuntut ilmu
di Kota Daeng tersebut.
Pascasarjana UNHAS~Dok. Pribadi
Pada umumnya magister bahasa Indonesia bisa menjadi
staf pengajar di lembaga bimbingan belajar/ sekolah. Yang cukup bagus adalah
menjadi dosen MKU dan yang paling ideal adalah menjadi dosen tetap prodi bahasa
Indonesia di universitas negeri/swasta.
Profesi-profesi lain untuk jurusan bahasa
Indonesia sebenarnya terbuka lebar kok, seperti: editor, jurnalis, penulis, dan
sebagainya.
Namun, untuk saat ini saya memilih memasukkan
lamaran kerja pada beberapa universitas swasta di Makassar.
(Meskipun saya tahu kampus tersebut tidak
pernah mengumumkan bahwa membuka lowongan dosen bahasa Indonesia)
Namanya juga usaha (hehe).
Kalau diterima, (hanya misalnya) setidaknya bisa
“mengisi tempat” sebagai dosen MKU di kampus tersebut.
Pengalaman itu Mahal.
Hiks …
Sambil menunggu panggilan kerja yang belum pasti
kapan datangnya, saya tidak mau berdiam diri begitu saja, membiarkan ilmu
mengendap, mengkristal, atau membatu? Apalah namanya itu.
Yahhhhhh, saya berpartisipasi dalam penelitian
dosen di kampus tempat saya menyelesaikan S2.
Alhamdulillah, bisa mendapatkan pengalaman
tentang bagaimana menyusun proposal penelitian dosen hingga mengetahui segala
proses administrasinya.
“Pengalaman
adalah guru yang terbaik”
Sambil menyibukkan diri mengikuti kegiatan penelitian
itu, saya juga menulis beberapa artikel di harian online “IDN Times” & di
blog ini juga.
Percayalah, menulis itu bagus untuk
psikologis. Apalagi kalau Anda berkepribadian ganda (just kidding), maksudnya introvert.
Akhirnya
…
Saya mendapatkan informasi (kalau tidak
salah) akhir bulan April 2018 bahwa salah satu kampus keguruan di Pulau Jawa,
yaitu STKIP Al Hikmah Surabaya membuka
lowongan dosen bahasa Indonesia.
Tidak ada salahnya dicoba.
Saya mengeceknya dengan menelusuri website
resmi kampus tersebut & ternyata memang benar membuka lowongan dosen bahasa
Indonesia & dosen PGSD.
Di situ tertera contact person yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi.
Zaman now
kita harus berhati-hati karena banyak sekali penipuan yang mengatasnamakan
“lowongan kerja dosen”.
So, kalau
mendapatkan informasi semacam itu, sebaiknya langsung aja cek website resmi
kampus/ perusahaan yang bersangkutan (kalau ada).
Setidaknya kalian cukup yakin & bisa mendapatkan
sedikit khayalan yang cukup masuk akal mengenai profil kampus/ perusahaan tersebut.
Come back …
Cek & ricek dari berbagai sumber di dunia
maya & di dunia nyata, Yayasan Al Hikmah merupakan salah satu sekolah
swasta terbaik yang ada di kota Surabaya.
Faktanya, Kampus STKIP Al Hikmah menyediakan beasiswa
100% bagi seluruh mahasiswanya. Keren khan?
Yayasan tersebut tidak hanya memiliki kampus
keguruan, tetapi juga memiliki SD, SMP, dan SMA. Komplit deh!
Jujur, sebenarnya deadline penerimaan dosen sudah lewat 2 hari. Namun, saya coba saja
menghubungi contact person-nya &
ternyata masih bisa!
Berhubung saya berdomisili di Makassar, saya
mengirimkan berkas-berkas lamaran kerja dengan cara men-scan dokumen-dokumen yang dibutuhkan kemudian mengirimkannya via
email resmi kampus tersebut.
Panitia penerimaan dosen di kampus tersebut
hanya membutuhkan Curriculum Vitae (CV),
permohonan lamaran kerja, scan ijazah S1 & S2, dan foto berwarna.
Saya setuju & senang dengan sistem
seperti itu.
Really?
Maksud saya, permintaannya sederhana gitu,
gak neko-neko (kan belum ada kepastian lulus & diterima, hehe …)
Pemikiran pribadi (subjektif) :
Kan banyak juga yang baru permulaan, sudah
minta surat keterangan dokter atau dokumen-dokumen lainnya.
(lumayan merepotkan, sudah capek-capek
ngumpulin berkas di sana-sini, harus kirim lewat pos, ujung-ujungnya yah … tahu
sendirilah kalau gak lulus, pasti berkas-berkas sebanyak itu cuma jadi
kenangan).
Maksudnya sih kalau sudah benar-benar lulus,
baru deh berkasnya dilengkapi. Kalau perlu sekalian dokumen-dokumen aslinya
diperlihatkan sama panitia/ pimpinan kampus.
Saya Setuju!
Namun, semuanya kembali pada kebijaksanaan
kampus/ perusahaan tempat kita melamar pekerjaan.
Kembali ke TKP …
Setelah menunggu beberapa waktu, saya
akhirnya mendapat konfirmasi via whatsapp
(wa) bahwa berkas lamaran saya sudah diterima & dinyatakan lulus
seleksi administrasi.
Panitia
STKIP Al Hikmah Surabaya mengundang saya mengikuti seleksi dosen tahap pertama
pada tanggal 8 Mei 2018.
Saya sangat terhibur karena itu akan menjadi perjalanan
pertama saya ke Kota Surabaya.
Sebelumnya saya sudah mencari info mengenai homestay yang tarifnya enteng di kantong
+ dekat dari lokasi ujian dosen, yaitu “Vandela Homestay”.
Setibanya di Bandara Internasional Juanda,
Sidoarjo, saya langsung memilih taksi bandara & menuju homestay yang sudah di-booking
atau dipesan online sewaktu di Makassar.
Meskipun saya asli Indonesia, rasanya kok
deg-degan banget ada di tanah air sendiri, berasa turis gitu. Saya kan gak tahu
bagaimana “kondisi & hukum alam” Kota Pahlawan tersebut.
Waktu itu juga, tibanya malam hari. Pikiran
sudah mulai negatif, huff.
Saya baru tahu kalau di Surabaya itu banyak
sekali Indo-Cina (langsung lihat sendiri). Hehe.
Alhamdulillah supirnya ramah, baik banget,
kebapaan, dan
mengantar dengan baik menuju penginapan (meskipun
harus keliling dulu ke sana-ke mari) karena letak homestay-nya berada di bagian sudut (kurang terlihat dari jalanan
umum), Jalan Kebonsari Elveka 5.
Homestay
Vandela ini memiliki salon dan butik. Kalau boleh kasih penilaian,
kondisi kamarnya saya kasih nilai 7,5 & untuk pelayanan pegawai dan
makanannya, nilai 8 deh.
Baiklah,
Ujian tahap I dimulai …
Saya bersyukur banget karena Homestay
Vandela hanya 10 menit ke STKIP Al Hikmah, bisa kurang dari itu kalau
sedang tidak macet.
Menurut penilaian mata ini, kampus tersebut
berada di tengah-tengah perumahan mewah “elit”, suasananya menyenangkan &
kondisi bangunan kampusnya keren, didominasi oleh warna hijau muda.
Ternyata sudah terdapat beberapa mahasiswa
laki-laki yang menunggu di halaman kampus & mengantarkan saya ke ruang ujian
dosen.
Di sana sudah menunggu beberapa “peserta
audisi” (semuanya perempuan yang berjumlah 6 orang, termasuk saya).
Di ruangan lain, ada juga peserta tes dari
jurusan PGSD (kurang tahu jumlahnya ada berapa orang).
Ternyata mereka semuanya asli Jawa Timur,
berasa ALIEN nih diriku.
Kami dipersilahkan menunggu untuk langsung
diwawancarai oleh panitia (saya perkirakan) mereka itu dosen & pimpinan STKIP
Al Hikmah.
Seingat saya, terdapat tiga “pos” yang harus saya
lalui saat itu.
Pertanyaan yang diajukan seputar
kehidupan pribadi, pendidikan, motivasi, dsb.
Kemudian salah satu dari panitia menanyakan:
“Apa yang bisa kamu berikan untuk
kemajuan kampus ini?”
Saya menjawab sesuai pengetahuan &
pengalaman saya tentang dunia ini (cie … :D).
Setelah semua peserta melewati tahap
wawancara, kami dipersilahkan menuju satu ruangan untuk ujian tertulis.
Soal-soal ujian tertulis itu semuanya
berkaitan dengan jurusan bahasa Indonesia, beberapa di antaranya:
Menulis karangan & puisi
(BUKAN KARANGAN/ PUISI ANAK SD)
INI KAN UJIAN ANAK S2
SOK BANGET!
:D
Kami juga diminta untuk menuliskan saran
& kritik terhadap kampus tersebut.
So, setelah
ujian tertulis selesai, semua peserta dipersilahkan untuk salat &
istirahat.
Masjid dan kantinnya bersih + bagus. Di sana
terdapat juga siswa-siswa SMP & SMA yang sedang “wara-wiri” (karena satu
lingkungan dengan STKIP Al Hikmah).
Setelah ishoma, kami kembali ke ruangan
sebelumnya dan
mengikuti tes micro teaching.
Peserta tes memiliki kebebasan untuk memilih
materi micro teaching (pokoknya yang berkaitan
dengan jurusan bahasa Indonesia).
Materi + slide
power point & laptop sudah saya persiapkan dari Makassar.
Waktu yang diberikan kurang lebih 10 menit,
bolehlah lewat dikit.
Adapun yang mengetes/ memberikan pertanyaan
itu adalah mahasiswa STKIP Al Hikmah sendiri, dari berbagai jurusan
(sepertinya).
Para dosen/ tim penilai duduknya paling
belakang. Diam-diam memberikan penilaian.
Di kampus ini saya agak bingung membedakan
antara mahasiswa & dosen karena semuanya berpenampilan sama, yaitu memakai
kemeja + dasi + celana kain + jas.
Semua mahasiswanya laki-laki, lho.
Alhamdulillah tes ini
dilalui dengan lancar & selesai sekitar pukul 4 sore.
Kami semua bersalaman & pulang ke homestay masing-masing. Peserta lainnya memang
asli Jawa Timur, tapi berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Setahu saya mereka semua lulusan Universitas
Negeri Malang.
So
…
Ujian
tahap 1, tanggal 8 Mei 2018, saya telah menjalani tiga tes sekaligus, yaitu wawancara,
tertulis, dan micro teaching.
Sebelumnya peserta ujian sempat bertanya
kepada panitia:
Kapan
pengumuman ujian tahap 1 diinformasikan?
Panitia
mengatakan bahwa hasilnya ditunggu satu minggu kemudian.
Peserta yang dinyatakan lulus akan langsung dihubungi
via whatsapp (wa).
“Menunggu satu minggu di Surabaya?
Oh, saya tidak kenal siapa-siapa di
sini”
“ Pulang dulu aja deh” (pikir saya saat
itu)
Saya memutuskan untuk membeli tiket
(non-online) di Bandara Juanda & balik ke Kota Daeng malam itu juga.
Sampai jumpa Surabaya … (dalam hati)
Yang membuat surprise karena keesokan harinya pada 9 Mei 2018, menjelang sore
hari, terdapat pemberitahuan via whatsapp (wa) bahwa saya lulus tahap
selanjutnya, yaitu Psikotes.
Nama saya
berada di urutan ke-10
(nama peserta lain, nama panitia & nomor ponsel mereka saya
tutupi aja, yah :) )
Panitia juga menginformasikan bahwa nama-nama
yang lulus tahap pertama bisa dilihat langsung via website resmi STKIP Al
Hikmah.
Ujian psikotes itu akan dilaksanakan pada 11
Mei 2018.
Waduh! Yang benar aja.
Baru tadi malam tiba di Makassar.
Kepala masih pusing + badan pegal-pegal.
Namun, sekarang harus kembali memesan tiket
untuk come back ke Kota Pahlawan itu.
Katanya
harus menunggu satu minggu?
Sayangku, Itulah hidup.
Kadang Tuhan memberikan kesenangan dan
kesedihan dalam satu paket.
Perasaan saya seperti roti sandwich yang di dalamnya itu ada daun
selada, keju, potongan daging, tomat, and
mau ditambah apa lagi? RAME.
Lengkaplah sudah kebahagiaan saya.
Tuhan sedang mengajak saya bercanda (bercandanya kelewatan :D)
Hidup saya memang (agak) kekurangan drama. Hehe…
Jujur, saat itu masih ada sedikit perasaan shock. Akhirnya saya “terpaksa” mendapatkan
tiket maskapai penerbangan yang selalu berusaha saya hindari karena “reputasinya”
itu, lho.
Saat tiba di Bandara Sultan Hasanuddin pada
pukul 4 sore, saya mendapat pemberitahuan dari staf maskapai tersebut bahwa
terdapat “sedikit masalah”.
Betul, kan?
Ada sedikit masalah?
Masalah apakah itu?
Sepertinya sudah menjadi tradisi maskapai “penerbangan
itu”, kalau tidak dimajukan jadwalnya, pasti dimundurkan.
Si Pegawai mengatakan bahwa saya baru bisa
berangkat besok subuh.
What???
Saya langsung teringat adegan ketika Alm.
Dono dalam film warkop mengatakan:
WELEH, WELEH …
Itu sih bukan dimundurkan, tapi dibatalkan.
Saya menyampaikan kepada staf maskapai
penerbangan tersebut bahwa besok pagi saya harus mengikuti UJIAN PSIKOTES pukul 7.30 di Surabaya.
Setelah melalui perdebatan + menunggu + lapar
+ DOA = akhirnya saya mendapatkan jadwal penerbangan menjelang maghrib (waktu
Indonesia Tengah).
So …
Alhamdulillah,
esok paginya, 11 Mei 2018, saya bisa mengikuti ujian psikotes di STKIP Al
Hikmah Surabaya.
Saat memasuki ruang ujian saya melihat bahwa
peserta yang mengikuti ujian psikotes berjumlah 10 orang dari program studi
bahasa Indonesia & PGSD.
Seingat saya, jenis ujian psikotes untuk menjadi dosen, beberapa di antaranya:
1. Tes Wartegg (gambar kotak)
2. Tes Analog Verbal (antonim, sinonim,
analogi)
3. Tes DAM (Draw a Man, saat itu kami
diinstruksikan untuk menggambar sosok ayah & ibu atau orang yang punya
andil membesarkan kita)
4. Tes EPPS (Edward Personal Preference
Schedule, hanya terdapat 2 pilihan jawaban “A” atau “B”.
5. Tes Kraeplien/ Pauli (menghitung angka
dari bawah ke atas)
6. Masih banyak lagi – sampai kepala puyeng
Setelah mengikuti ujian psikotes secara
tertulis, kami dipersilahkan untuk beristirahat.
Makanan & minuman disediakan oleh
panitia.
Selanjutnya kami semua kembali mengikuti
wawancara psikologi secara bergantian.
Oh iya, sebelumnya saya sudah mengisi form identitas kepribadian peserta
psikotes secara online.
Oleh karena itu, hal-hal yang ditanyakan
dalam wawancara tersebut berkaitan dengan kepribadian/ karakter (seperti yang
saya isikan pada form online).
Setelah mengikuti ujian psikotes, saya baru
menyadari bahwa kondisi fisik & mental harus dalam keadaan sehat wal’afiat
jika ingin menjawab soal-soal psikotes dengan baik & benar.
Waktu pengerjaannya betul-betul singkat
sehingga menguras tenaga & pikiran.
Setelah melewati semua ujian itu …
Kami menanyakan kepada panitia,
“Kapan pengumuman hasil psikotes keluar
atau diinformasikan?”
Mereka mengatakan hasil psikotes biasanya akan keluar/
diberitahukan sekitar 2-3 minggu &
hanya akan dihubungi secara “JAPRI” (Jalur Pribadi) alias tidak akan diumumkan
secara resmi di website kampus.
Saya yakin bahwa semua yang hadir dalam ujian
psikotes mengharapkan kabar baik.
Friends, rasanya betul-betul lelah setelah
ujian psikotes itu. Saya tidak sanggup jika harus pulang ke Makassar malam itu
juga.
Butik "Vandela Homestay"~Dok.Pribadi
Saya pulang esok harinya dengan sedikit
“oleh-oleh” dari hasil belanja di Butik
Vandela Homestay & jujur tidak sempat berkeliling di Kota Surabaya.
Saya memang tidak sempat melakukan “persiapan
lebih” ketika akan berangkat ke Kota Pahlawan itu.
Situasinya mendesak + ramadhan akan segera
tiba.
Pada 31 Mei 2018 seorang teman asli Jawa
Timur, yang juga mengikuti ujian psikotes, menghubungi saya & menanyakan:
“Apakah
saya sudah mendapat kabar dari pihak kampus?”
Berdasarkan informasi yang dia peroleh, TIDAK ADA SATU PUN teman-teman yang mengikuti
ujian psikotes, mendapatkan kabar dari panitia kampus.
Mungkin setelah ramadhan akan ada kabar.
Namun, hingga tulisan ini terbit … tak ada
informasi.
Wallahu alam.
Setelah waktu berlalu …
Saya berasumsi, mungkin belum ada di antara
kami yang memenuhi kriteria khusus
yang telah ditetapkan oleh pihak kampus.
Namun, dalam postingan ini saya ingin menyatakan
pendapat pribadi terhadap kampus/ perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.
Hmm …
Menurut saya akan lebih mendamaikan hati jika
hasil TES (minimal) diumumkan via
website.
No
problem, meskipun di laman web itu harus ditulis:
“Hasil tes menunjukkan belum ada peserta yang
bisa memenuhi kriteria kampus/ perusahaan kami”
(Jika memang tidak memungkinkan bahasa seperti
itu dipublikasikan secara umum, saya pikir tidak ada salahnya diinformasikan
via whatsapp/ japri).
Saya berpendapat bahwa panitia penerima jobseeker perlu mengirimkan informasi (APAPUN HASILNYA) untuk
menjaga silaturrahim (menghindari prasangka buruk dari sesama manusia).
Saya yakin, proses penyampaian informasi itu pun
tidak memakan biaya yang banyak & menyita waktu seseorang.
Serius, Para jobseeker akan merasa legowo mendapatkan
pemberitahuan (APAPUN HASILNYA).
Saya selalu bersedia menerima kenyataan
But
…
Saya yakin bahwa jika pintu yang satu
tertutup, maka pintu yang lain akan terbuka.
Tuhan sedang menasehati, mengingatkan, dan
mendewasakan. Mungkin Dia ingin mengatakan kepada hambaNya:
“Sayang, Kenyataan itu seringkali tidak
Romantis”
Rasulullah Saw bersabda:
“… Apabila engkau meminta pertolongan,
mintalah kepada Allah, ketahuilah seandainya umat bersatu untuk memberimu
manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah
ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu,
mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan
Allah padamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering
(maksudnya, takdir telah ditetapkan)”
(HR. Tirmizi)
Semoga informasi ini bermanfaat. Kalau punya
pengalaman serupa, sudilah kiranya berbagi :D
Terima kasih sudah mampir.
*Buat Amel & Kak Rahma: Terima kasih
sudah mau “mendampingi” wanita introvert ini.
Baca juga:
#Hanya ingin berbagi pengetahuan &
pengalaman hidup
Comments
Post a Comment