Skip to main content

Pengalaman Mengikuti Seleksi Dosen di Pulau Jawa (15)

Ujian tulis, Wawancara, dan Psikotes


Pada kesempatan ini saya ingin membagi pengalaman positif saat mencoba mengikuti seleksi dosen tetap di Pulau Jawa, yaitu Surabaya.

Namun, sebelum sampai pada kesempatan itu, saya diharuskan melewati berbagai ujian hidup (dramatis dikit :D) …

Friends, sebelumnya saya melaksanakan ujian tutup S2 pada bulan Oktober 2017, dan secara resmi memeroleh gelar Magister Humaniora (konsentrasi bahasa Indonesia) pada Desember tahun itu juga di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

So, setelah menjalani pendidikan beberapa tahun lamanya, tentu saja ada keinginan yang cukup besar untuk mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh selama menuntut ilmu di Kota Daeng tersebut.

Pascasarjana UNHAS~Dok. Pribadi 

Pada umumnya magister bahasa Indonesia bisa menjadi staf pengajar di lembaga bimbingan belajar/ sekolah. Yang cukup bagus adalah menjadi dosen MKU dan yang paling ideal adalah menjadi dosen tetap prodi bahasa Indonesia di universitas negeri/swasta.

Profesi-profesi lain untuk jurusan bahasa Indonesia sebenarnya terbuka lebar kok, seperti: editor, jurnalis, penulis, dan sebagainya.

Namun, untuk saat ini saya memilih memasukkan lamaran kerja pada beberapa universitas swasta di Makassar.

(Meskipun saya tahu kampus tersebut tidak pernah mengumumkan bahwa membuka lowongan dosen bahasa Indonesia)

Namanya juga usaha (hehe).

Kalau diterima, (hanya misalnya) setidaknya bisa “mengisi tempat” sebagai dosen MKU di kampus tersebut.

Pengalaman itu Mahal.

Hiks …

Sambil menunggu panggilan kerja yang belum pasti kapan datangnya, saya tidak mau berdiam diri begitu saja, membiarkan ilmu mengendap, mengkristal, atau membatu? Apalah namanya itu.

Yahhhhhh, saya berpartisipasi dalam penelitian dosen di kampus tempat saya menyelesaikan S2.

Alhamdulillah, bisa mendapatkan pengalaman tentang bagaimana menyusun proposal penelitian dosen hingga mengetahui segala proses administrasinya.

 “Pengalaman adalah guru yang terbaik”


Sambil menyibukkan diri mengikuti kegiatan penelitian itu, saya juga menulis beberapa artikel di harian online “IDN Times” & di blog ini juga.

Percayalah, menulis itu bagus untuk psikologis. Apalagi kalau Anda berkepribadian ganda (just kidding), maksudnya introvert.

Akhirnya …

Saya mendapatkan informasi (kalau tidak salah) akhir bulan April 2018 bahwa salah satu kampus keguruan di Pulau Jawa, yaitu STKIP Al Hikmah Surabaya membuka lowongan dosen bahasa Indonesia.

Tidak ada salahnya dicoba.

Saya mengeceknya dengan menelusuri website resmi kampus tersebut & ternyata memang benar membuka lowongan dosen bahasa Indonesia & dosen PGSD.

Di situ tertera contact person yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi.

Zaman now kita harus berhati-hati karena banyak sekali penipuan yang mengatasnamakan “lowongan kerja dosen”. 

So, kalau mendapatkan informasi semacam itu, sebaiknya langsung aja cek website resmi kampus/ perusahaan yang bersangkutan (kalau ada).

Setidaknya kalian cukup yakin & bisa mendapatkan sedikit khayalan yang cukup masuk akal mengenai profil kampus/ perusahaan tersebut.

Come back …

Cek & ricek dari berbagai sumber di dunia maya & di dunia nyata, Yayasan Al Hikmah merupakan salah satu sekolah swasta terbaik yang ada di kota Surabaya.

Faktanya, Kampus STKIP Al Hikmah menyediakan beasiswa 100% bagi seluruh mahasiswanya. Keren khan?

Yayasan tersebut tidak hanya memiliki kampus keguruan, tetapi juga memiliki SD, SMP, dan SMA. Komplit deh!

Jujur, sebenarnya deadline penerimaan dosen sudah lewat 2 hari. Namun, saya coba saja menghubungi contact person-nya & ternyata masih bisa!

Berhubung saya berdomisili di Makassar, saya mengirimkan berkas-berkas lamaran kerja dengan cara men-scan dokumen-dokumen yang dibutuhkan kemudian mengirimkannya via email resmi kampus tersebut.

Panitia penerimaan dosen di kampus tersebut hanya membutuhkan Curriculum Vitae (CV), permohonan lamaran kerja, scan ijazah S1 & S2, dan foto berwarna.

Saya setuju & senang dengan sistem seperti itu.

Really?

Maksud saya, permintaannya sederhana gitu, gak neko-neko (kan belum ada kepastian lulus & diterima, hehe …)

Pemikiran pribadi (subjektif) :

Kan banyak juga yang baru permulaan, sudah minta surat keterangan dokter atau dokumen-dokumen lainnya.

(lumayan merepotkan, sudah capek-capek ngumpulin berkas di sana-sini, harus kirim lewat pos, ujung-ujungnya yah … tahu sendirilah kalau gak lulus, pasti berkas-berkas sebanyak itu cuma jadi kenangan).

Maksudnya sih kalau sudah benar-benar lulus, baru deh berkasnya dilengkapi. Kalau perlu sekalian dokumen-dokumen aslinya diperlihatkan sama panitia/ pimpinan kampus.

Saya Setuju!

Namun, semuanya kembali pada kebijaksanaan kampus/ perusahaan tempat kita melamar pekerjaan.

Kembali ke TKP …

Setelah menunggu beberapa waktu, saya akhirnya mendapat konfirmasi via whatsapp (wa) bahwa berkas lamaran saya sudah diterima & dinyatakan lulus seleksi administrasi.

Panitia STKIP Al Hikmah Surabaya mengundang saya mengikuti seleksi dosen tahap pertama pada tanggal 8 Mei 2018.

Saya sangat terhibur karena itu akan menjadi perjalanan pertama saya ke Kota Surabaya.

Sebelumnya saya sudah mencari info mengenai homestay yang tarifnya enteng di kantong + dekat dari lokasi ujian dosen, yaitu “Vandela Homestay”.

Bandara Internasional Juanda~Dok. Pribadi

Setibanya di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, saya langsung memilih taksi bandara & menuju homestay yang sudah di-booking atau dipesan online sewaktu di Makassar.

Meskipun saya asli Indonesia, rasanya kok deg-degan banget ada di tanah air sendiri, berasa turis gitu. Saya kan gak tahu bagaimana “kondisi & hukum alam” Kota Pahlawan tersebut.

Waktu itu juga, tibanya malam hari. Pikiran sudah mulai negatif, huff.

Saya baru tahu kalau di Surabaya itu banyak sekali Indo-Cina (langsung lihat sendiri). Hehe.

Alhamdulillah supirnya ramah, baik banget, kebapaan, dan mengantar dengan baik menuju penginapan (meskipun harus keliling dulu ke sana-ke mari) karena letak homestay-nya berada di bagian sudut (kurang terlihat dari jalanan umum), Jalan Kebonsari Elveka 5.

Dok. Pribadi

Homestay Vandela ini memiliki salon dan butik. Kalau boleh kasih penilaian, kondisi kamarnya saya kasih nilai 7,5 & untuk pelayanan pegawai dan makanannya, nilai 8 deh.

Baiklah,

Ujian tahap I dimulai …

Saya bersyukur banget karena Homestay Vandela hanya 10 menit ke STKIP Al Hikmah, bisa kurang dari itu kalau sedang tidak macet.

Menurut penilaian mata ini, kampus tersebut berada di tengah-tengah perumahan mewah “elit”, suasananya menyenangkan & kondisi bangunan kampusnya keren, didominasi oleh warna hijau muda.

Ternyata sudah terdapat beberapa mahasiswa laki-laki yang menunggu di halaman kampus & mengantarkan saya ke ruang ujian dosen.

Di sana sudah menunggu beberapa “peserta audisi” (semuanya perempuan yang berjumlah 6 orang, termasuk saya).

Di ruangan lain, ada juga peserta tes dari jurusan PGSD (kurang tahu jumlahnya ada berapa orang).

Ternyata mereka semuanya asli Jawa Timur, berasa ALIEN nih diriku.

Kami dipersilahkan menunggu untuk langsung diwawancarai oleh panitia (saya perkirakan) mereka itu dosen & pimpinan STKIP Al Hikmah.

Seingat saya, terdapat tiga “pos” yang harus saya lalui saat itu.

Pertanyaan yang diajukan seputar kehidupan pribadi, pendidikan, motivasi, dsb.

Kemudian salah satu dari panitia menanyakan:

“Apa yang bisa kamu berikan untuk kemajuan kampus ini?”

Saya menjawab sesuai pengetahuan & pengalaman saya tentang dunia ini (cie … :D).

Setelah semua peserta melewati tahap wawancara, kami dipersilahkan menuju satu ruangan untuk ujian tertulis.

Soal-soal ujian tertulis itu semuanya berkaitan dengan jurusan bahasa Indonesia, beberapa di antaranya:

Menulis karangan & puisi
(BUKAN KARANGAN/ PUISI ANAK SD)
INI KAN UJIAN ANAK S2
SOK BANGET!
:D

Kami juga diminta untuk menuliskan saran & kritik terhadap kampus tersebut.

So, setelah ujian tertulis selesai, semua peserta dipersilahkan untuk salat & istirahat.

Masjid dan kantinnya bersih + bagus. Di sana terdapat juga siswa-siswa SMP & SMA yang sedang “wara-wiri” (karena satu lingkungan dengan STKIP Al Hikmah).

Setelah ishoma, kami kembali ke ruangan sebelumnya dan
mengikuti tes micro teaching.

Peserta tes memiliki kebebasan untuk memilih materi micro teaching (pokoknya yang berkaitan dengan jurusan bahasa Indonesia).

Materi + slide power point & laptop sudah saya persiapkan dari Makassar.

Waktu yang diberikan kurang lebih 10 menit, bolehlah lewat dikit.

Adapun yang mengetes/ memberikan pertanyaan itu adalah mahasiswa STKIP Al Hikmah sendiri, dari berbagai jurusan (sepertinya).

Para dosen/ tim penilai duduknya paling belakang. Diam-diam memberikan penilaian.

Di kampus ini saya agak bingung membedakan antara mahasiswa & dosen karena semuanya berpenampilan sama, yaitu memakai kemeja + dasi + celana kain + jas.

Semua mahasiswanya laki-laki, lho.

Alhamdulillah tes ini dilalui dengan lancar & selesai sekitar pukul 4 sore.

Kami semua bersalaman & pulang ke homestay masing-masing. Peserta lainnya memang asli Jawa Timur, tapi berasal dari daerah yang berbeda-beda.

Setahu saya mereka semua lulusan Universitas Negeri Malang.

So

Ujian tahap 1, tanggal 8 Mei 2018, saya telah menjalani tiga tes sekaligus, yaitu wawancara, tertulis, dan micro teaching.

Sebelumnya peserta ujian sempat bertanya kepada panitia:

Kapan pengumuman ujian tahap 1 diinformasikan?
Panitia mengatakan bahwa hasilnya ditunggu satu minggu kemudian.

Peserta yang dinyatakan lulus akan langsung dihubungi via whatsapp (wa).

“Menunggu satu minggu di Surabaya?
Oh, saya tidak kenal siapa-siapa di sini”

“ Pulang dulu aja deh” (pikir saya saat itu)

Saya memutuskan untuk membeli tiket (non-online) di Bandara Juanda & balik ke Kota Daeng malam itu juga.

Sampai jumpa Surabaya … (dalam hati)

Yang membuat surprise karena keesokan harinya pada 9 Mei 2018, menjelang sore hari, terdapat pemberitahuan via whatsapp (wa) bahwa saya lulus tahap selanjutnya, yaitu Psikotes.

Nama saya berada di urutan ke-10
 (nama peserta lain, nama panitia & nomor ponsel mereka saya tutupi aja, yah :) )

Panitia juga menginformasikan bahwa nama-nama yang lulus tahap pertama bisa dilihat langsung via website resmi STKIP Al Hikmah.

Ujian psikotes itu akan dilaksanakan pada 11 Mei 2018.

Waduh! Yang benar aja.

Baru tadi malam tiba di Makassar.

Kepala masih pusing + badan pegal-pegal.

Namun, sekarang harus kembali memesan tiket untuk come back  ke Kota Pahlawan itu.

Katanya harus menunggu satu minggu?

Sayangku, Itulah hidup.

Kadang Tuhan memberikan kesenangan dan kesedihan dalam satu paket. 

Perasaan saya seperti roti sandwich yang di dalamnya itu ada daun selada, keju, potongan daging, tomat, and mau ditambah apa lagi? RAME.

Lengkaplah sudah kebahagiaan saya.

Tuhan sedang mengajak saya bercanda (bercandanya kelewatan :D)

Hidup saya memang (agak) kekurangan drama. Hehe…

Jujur, saat itu masih ada sedikit perasaan shock. Akhirnya saya “terpaksa” mendapatkan tiket maskapai penerbangan yang selalu berusaha saya hindari karena “reputasinya” itu, lho.

Saat tiba di Bandara Sultan Hasanuddin pada pukul 4 sore, saya mendapat pemberitahuan dari staf maskapai tersebut bahwa terdapat “sedikit masalah”.

Betul, kan?

Ada sedikit masalah?

Masalah apakah itu?

Sepertinya sudah menjadi tradisi maskapai “penerbangan itu”, kalau tidak dimajukan jadwalnya, pasti dimundurkan.

Si Pegawai mengatakan bahwa saya baru bisa berangkat besok subuh.

What???

Saya langsung teringat adegan ketika Alm. Dono dalam film warkop mengatakan:

WELEH, WELEH …

Itu sih bukan dimundurkan, tapi dibatalkan.

Saya menyampaikan kepada staf maskapai penerbangan tersebut bahwa besok pagi saya harus mengikuti UJIAN PSIKOTES pukul 7.30 di Surabaya.

Setelah melalui perdebatan + menunggu + lapar + DOA = akhirnya saya mendapatkan jadwal penerbangan menjelang maghrib (waktu Indonesia Tengah).

STKIP Al Hikmah Surabaya~Dok. Pribadi

So …

Alhamdulillah, esok paginya, 11 Mei 2018, saya bisa mengikuti ujian psikotes di STKIP Al Hikmah Surabaya.

Saat memasuki ruang ujian saya melihat bahwa peserta yang mengikuti ujian psikotes berjumlah 10 orang dari program studi bahasa Indonesia & PGSD.

Seingat saya, jenis ujian psikotes untuk menjadi dosen, beberapa di antaranya:

1. Tes Wartegg (gambar kotak)
2. Tes Analog Verbal (antonim, sinonim, analogi)
3. Tes DAM (Draw a Man, saat itu kami diinstruksikan untuk menggambar sosok ayah & ibu atau orang yang punya andil membesarkan kita)
4. Tes EPPS (Edward Personal Preference Schedule, hanya terdapat 2 pilihan jawaban “A” atau “B”.
5. Tes Kraeplien/ Pauli (menghitung angka dari bawah ke atas)
6. Masih banyak lagi – sampai kepala puyeng

Setelah mengikuti ujian psikotes secara tertulis, kami dipersilahkan untuk beristirahat.

Makanan & minuman disediakan oleh panitia.

Selanjutnya kami semua kembali mengikuti wawancara psikologi secara bergantian.

Oh iya, sebelumnya saya sudah mengisi form identitas kepribadian peserta psikotes secara online.

Oleh karena itu, hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara tersebut berkaitan dengan kepribadian/ karakter (seperti yang saya isikan pada form online).

Setelah mengikuti ujian psikotes, saya baru menyadari bahwa kondisi fisik & mental harus dalam keadaan sehat wal’afiat jika ingin menjawab soal-soal psikotes dengan baik & benar.

Waktu pengerjaannya betul-betul singkat sehingga menguras tenaga & pikiran. 

Setelah melewati semua ujian itu …

Kami menanyakan kepada panitia,

“Kapan pengumuman hasil psikotes keluar
atau diinformasikan?”

Mereka mengatakan hasil psikotes biasanya akan keluar/ diberitahukan sekitar 2-3 minggu & hanya akan dihubungi secara “JAPRI” (Jalur Pribadi) alias tidak akan diumumkan secara resmi di website kampus.

Saya yakin bahwa semua yang hadir dalam ujian psikotes mengharapkan kabar baik.

Friends, rasanya betul-betul lelah setelah ujian psikotes itu. Saya tidak sanggup jika harus pulang ke Makassar malam itu juga.

Butik "Vandela Homestay"~Dok.Pribadi

Saya pulang esok harinya dengan sedikit “oleh-oleh” dari hasil belanja di Butik Vandela Homestay & jujur tidak sempat berkeliling di Kota Surabaya.

Saya memang tidak sempat melakukan “persiapan lebih” ketika akan berangkat ke Kota Pahlawan itu.

Situasinya mendesak + ramadhan akan segera tiba.

Pada 31 Mei 2018 seorang teman asli Jawa Timur, yang juga mengikuti ujian psikotes, menghubungi saya & menanyakan:

“Apakah saya sudah mendapat kabar dari pihak kampus?”

Berdasarkan informasi yang dia peroleh, TIDAK ADA SATU PUN teman-teman yang mengikuti ujian psikotes, mendapatkan kabar dari panitia kampus.

Mungkin setelah ramadhan akan ada kabar.

Namun, hingga tulisan ini terbit … tak ada informasi.

Wallahu alam.

Setelah waktu berlalu …

Saya berasumsi, mungkin belum ada di antara kami yang memenuhi kriteria khusus yang telah ditetapkan oleh pihak kampus.

Namun, dalam postingan ini saya ingin menyatakan pendapat pribadi terhadap kampus/ perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.

Hmm …

Menurut saya akan lebih mendamaikan hati jika hasil TES (minimal) diumumkan via website.

No problem, meskipun di laman web itu harus ditulis:

“Hasil tes menunjukkan belum ada peserta yang bisa memenuhi kriteria kampus/ perusahaan kami”

(Jika memang tidak memungkinkan bahasa seperti itu dipublikasikan secara umum, saya pikir tidak ada salahnya diinformasikan via whatsapp/ japri).

Saya berpendapat bahwa panitia penerima jobseeker perlu mengirimkan informasi (APAPUN HASILNYA) untuk menjaga silaturrahim (menghindari prasangka buruk dari sesama manusia).

Saya yakin, proses penyampaian informasi itu pun tidak memakan biaya yang banyak & menyita waktu seseorang.

Serius, Para jobseeker akan merasa legowo mendapatkan pemberitahuan (APAPUN HASILNYA).


Saya selalu bersedia menerima kenyataan

But …

Saya yakin bahwa jika pintu yang satu tertutup, maka pintu yang lain akan terbuka.

Tuhan sedang menasehati, mengingatkan, dan mendewasakan. Mungkin Dia ingin mengatakan kepada hambaNya:

“Sayang, Kenyataan itu seringkali tidak Romantis”

Rasulullah Saw bersabda:
“… Apabila engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering
(maksudnya, takdir telah ditetapkan)”
(HR. Tirmizi)

Semoga informasi ini bermanfaat. Kalau punya pengalaman serupa, sudilah kiranya berbagi :D

Terima kasih sudah mampir.

*Buat Amel & Kak Rahma: Terima kasih sudah mau “mendampingi” wanita introvert ini.

Baca juga:


#Hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup

Comments

Popular posts from this blog

Review: Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU

Kulit Lembab, Segar, dan Glowing dengan Natur-E Apa kabar … (Tidak tahu mengapa akhir-akhir ini saya hobi sekali me- review “sesuatu”) Memang ada keuntungannya? Mungkin …   :D (masih rahasia) So … Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah me- review "Handbody Citra Mangir Jawa & Anggur India" . Kali ini saya ingin sekali membagi pengalaman positif tentang Vitamin Kulit Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU . Friends, di awal kuliah S1 (sekitar tahun 2009) saya pernah mengonsumsi Natur-E 100-IU (warna hijau). (Kalau tidak salah zaman itu memang Natur-E hanya punya satu varian). Namun, saya kurang teratur mengonsumsinya. Maklum, waktu itu kesadaran untuk merawat kulit belum seperti sekarang ini (wkwkwk). Nah, di zaman now , saat perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian mudahnya diakses, maka info seputar pentingnya menjaga kesehatan kulit pun mudah sekali didapatkan. Selain itu , sebagai wanita Indonesia yang ting

Pengalaman Terkena Penyakit Kulit Sarampa

Sarampa, Penyakit Apa Itu? dok. pribadi Assalamu Alaikum Friends … Pada postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman terkena penyakit kulit bernama Sarampa . Sepanjang perjalanan hidup (dramatis dikit), pertama kalinya di bulan April 2019 saya mengalami gatal yang sangat, sangat luar biasa pada sekujur tubuh. Awalnya saya pikir semua itu disebabkan oleh ulat bulu karena sudah seminggu, hewan imut tersebut berwara-wiri di halaman & di dalam rumah. Saya juga heran mengapa hewan kecil tersebut tiba-tiba saja berseliweran, bukan hanya di rumah saya tetapi di rumah tetangga-tetangga yang lain. Ilustrasi wabah ulat bulu Jangan-jangan kami terkena wabah ulat bulu :D Baca Juga: 4 Karakter Pria Yang Diidamkan Wanita Di sisi lain, saya juga menduga-duga bahwa gatal yang saya alami bukan hanya disebabkan oleh ulat bulu, melainkan karena saya baru saja mengganti produk sabun cair. Mungkin kandungan bahan di dalamnya tidak cocok dengan k

Keloid (Pengalaman Suntik Keloid di Rumah Sakit) (7)

Alhamdulillah, Keloid Itu Akhirnya Sembuh  Dalam tulisan kali ini saya ingin menghidangkan dan membagi pengalaman tentang  proses penyembuhan  masalah kulit yang saya alami, yaitu  KELOID. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya  menyebut keloid  ini semacam  daging yang tumbuh  di bekas luka, misalnya: bekas cacar air, bekas gigitan nyamuk yang digaruk hingga menyebabkan lecet, bekas luka karena terjatuh, bekas luka bakar, dsb.  Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambar keloid yang tumbuh di dada saya. Keloid yang tumbuh di bagian dada tersebut berawal dari cacar air yang saya alami pada tahun 2002 . Sebagai anak berusia 11 tahun yang penuh dengan rasa penasaran, saya selalu memperhatikan cacar air tersebut & akhirnya tergoda untuk menyentuh, memencet, dan mengorek-ngorek cacar air yang sudah mulai mengering itu.  Alhasil, bukannya sembuh atau kempes, bekas cacar air tersebut malah menimbulkan masalah baru, yaitu  keloid. Bisa jadi saat itu kuku saya