APA YANG MEMBUAT SI PEMBULLY TERTARIK KEPADA KORBAN?
1. Fisik atau penampilan
2. Sikap atau Pembawaan
Tumbuh sebagai pribadi yang introvert membuat saya tidak mudah berbaur dengan khalayak umum.
Rasanya menguras energi.
Rasanya menguras energi.
Saat berada di ruang publik & saya dapat memilih tempat yang cukup “aman” atau tenang.
Maka saya akan mengambil kesempatan itu.
Maka saya akan mengambil kesempatan itu.
Karena saya merasa leluasa & bisa mempelajari beragam gerak-gerik & percakapan orang lain.
But, bukan KEPO urusan pribadi orang lain (saya hanya tertarik dengan ilmu psikologi).
Saya suka sekali mempelajari sifat-sifat manusia.
Nah, saya menyadari bahwa bully-an itu timbul akibat tatapan mata yang tidak bisa dikendalikan oleh seseorang.
“Dari mata turun ke hati”
Nabi Muhammad Saw memang tidak menganjurkan umatnya untuk duduk-duduk di pinggir jalan.
Sebagaimana sabda Beliau:
“Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di jalan”
Maka para sahabat berkata:
“Kami tidak dapat meninggalkannya karena merupakan tempat kami untuk bercakap-cakap”
Rasulullah Saw berkata:
“Jika kalian enggan (meninggalkan bermajelis di jalan), maka berilah hak jalan”
Sahabat bertanya:
“Apa hak jalan itu?”
Beliau menjawab:
~menundukkan pandangan
~menghilangkan gangguan
~menjawab salam
~memerintahkan kebaikan
~mencegah kemungkaran
~menghilangkan gangguan
~menjawab salam
~memerintahkan kebaikan
~mencegah kemungkaran
Nongkrong di pinggir jalan atau berada di ruang publik bersama dengan keluarga atau teman-teman memang memiliki banyak tantangan.
Karena kita akan bertemu dengan orang lain yang tentu saja memiliki penampilan & pembawaan berbeda “unik” dengan diri kita sendiri.
Nah, jika kita adalah pribadi yang sudah terlatih berpikir jernih & cukup bijaksana dalam menyikapi “pemandangan” semacam itu.
Maka aktivitas tersebut bisa menjadi berkah & menjadi momen untuk mendapatkan pertemanan baru.
Maka aktivitas tersebut bisa menjadi berkah & menjadi momen untuk mendapatkan pertemanan baru.
Namun, akan menjadi “bencana” jika kita tidak bisa mengendalikan mata & hati ini.
Ajaran Islam mengajarkan bahwa ada penyakit yang bisa timbul akibat Pandangan Mata
Namanya … Penyakit ‘Ain.
Karena penampilan fisik & pembawaan seseorang yang menakjubkan atau setidaknya menarik perhatian mata.
Bisa mengundang penyakit hati, yaitu dengki.
Bisa mengundang penyakit hati, yaitu dengki.
Apalagi jika “sosok” tersebut mendapat pujian dari orang-orang di sekitar Anda.
Misalnya pujian:
~Wah cantiknya!
~Ganteng bingits!
~Keren banget!
~Manis banget cewek itu
~Baju & jilbabnya pasti mahal
~Cowok itu kayak artis K-Pop
~dan pujian-pujian lainnya
~Wah cantiknya!
~Ganteng bingits!
~Keren banget!
~Manis banget cewek itu
~Baju & jilbabnya pasti mahal
~Cowok itu kayak artis K-Pop
~dan pujian-pujian lainnya
Kalau mental tidak kuat mendengar pujian orang lain kepada orang tersebut bisa-bisa kita meresponnya dengan kata-kata negatif diakibatkan oleh rasa iri hati.
Misalnya:
~Gak cantik, cuma sok manis aja
~Sok manis banget sih jadi cewek
~Pamer
~Ganteng-ganteng serigala, kalee
~Apanya yang mirip artis, beda jauh
~dan sebagainya ...
~Gak cantik, cuma sok manis aja
~Sok manis banget sih jadi cewek
~Pamer
~Ganteng-ganteng serigala, kalee
~Apanya yang mirip artis, beda jauh
~dan sebagainya ...
Tidak dapat dipungkiri bahwa ucapan-ucapan semacam itu memang lebih sering diucapkan oleh sesama wanita.
Kaum Hawa memang sulit sekali memendam rasa cemburu, apalagi kepada wanita lain.
Hmmm …
Dalam suatu kesempatan saya berada di perpustakaan yang idealnya penuh dengan kedamaian & ketenangan karena umumnya diisi oleh para intelektual.
Saya beruntung karena mendapatkan posisi & sudut pandang yang bisa menjangkau secara leluasa aktivitas orang-orang di dalam perpustakaan tersebut.
Saya mendapatkan pengalaman menarik mengenai sifat-sifat manusia dari situasi di dalamnya.
Saya mendapati seorang mahasiswi yang menjadi korban bully dari sekelompok mahasiswa lain.
Hal itu merupakan pengalaman yang cukup berkesan dalam kehidupan akademik saya.
Berdasarkan sudut pandang saya …
Saya mengamati mahasiswi tersebut berjalan sendirian menuju rak buku.
Setelah mendapatkan beberapa buku yang diinginkannya ...
Dia pun berjalan wajar/ luwes seperti wanita lain pada umumnya menuju meja yang posisinya tidak begitu jauh dari tempat duduk saya.
Dia pun berjalan wajar/ luwes seperti wanita lain pada umumnya menuju meja yang posisinya tidak begitu jauh dari tempat duduk saya.
Menurut penilaian mata & hati nurani ini, dia berpenampilan biasa-biasa saja.
(Meski pakaiannya terlihat tidak terlalu mahal, cara dia memadupadankan warna membuatnya tampil sangat elegan).
(Meski pakaiannya terlihat tidak terlalu mahal, cara dia memadupadankan warna membuatnya tampil sangat elegan).
Mungkin itu yang menarik perhatian Para Pembully.
Wajahnya bersih terawat & tidak menunjukkan ekspresi yang dibuat-buat.
Sikapnya biasa-biasa saja bagi saya.
Sikapnya biasa-biasa saja bagi saya.
Namun, ketika ia berjalan di depan sekelompok mahasiswa & mahasiswi yang terlihat sedang belajar kelompok.
Dia malah dikatai, “SOK MANIS”.
Dia malah dikatai, “SOK MANIS”.
Para Pembully & Korban Bully sepertinya tidak saling mengenal satu sama lain.
Dan salah seorang mahasiswi dalam kelompok belajar itu terlihat dan terdengar mengulangi kata-katanya dengan keras.
Kemudian membisiki & membuat kode dengan tatapan mata kepada mahasiswa lain & orang-orang di sekitarnya.
Kemudian membisiki & membuat kode dengan tatapan mata kepada mahasiswa lain & orang-orang di sekitarnya.
Mahasiswa psikologi pasti senang melihat adegan semacam itu.
(hehe …)
(hehe …)
Saya yakin itu merupakan salah satu usaha dari mahasiswi pembully itu untuk memengaruhi pikiran teman-teman ...
Dan orang-orang di sekitarnya untuk membenarkan sikapnya itu.
Dan orang-orang di sekitarnya untuk membenarkan sikapnya itu.
Dia terus memerhatikan mahasiswi yang berlalu di depan mejanya dengan tatapan sinis.
Saya kagum sekaligus bingung dengan ketenangan mahasiswi korban bully yang tampak tidak goyah sedikit pun.
Kalau saya diperlakukan seperti itu di ruang publik, kemungkinan saya akan gugup, salah tingkah, dan marah.
Tapi lain dengan mahasiswi itu, dia terlihat tidak panik, tidak menunjukkan emosi apapun di wajahnya.
Jujur, dari dulu saya lebih suka kalau Ibu, ayah, atau teman-teman menunjukkan kemarahannya kepada saya daripada mereka diam seribu bahasa tanpa ekspresi.
Kristen Stewart :)
Mahasiswi itu benar-benar minim ekspresi.
Seandainya saya punya keahlian sebagai fotografer, saya pasti mengabadikan “wajah beku” mahasiswi itu.
Friends, saya bahkan tidak melihat alisnya bergerak.
Saya hanya sempat menangkap sedikit bahasa tubuhnya seperti sedang menghidup oksigen dalam-dalam.
Itu pun samar-samar saja. Mungkin hanya khayalan saja.
Kok bisa yah dia setenang itu menghadapi kata-kata sinis para mahasiswa lain yang mengejeknya?
Padahal jelas-jelas sindiran “SOK MANIS” itu ditujukan kepada dirinya.
Karena semua mahasiswa & staf perpustakaan langsung memerhatikan Target saking kerasnya suara Para Pembully saat meneriakkan kata-kata itu.
Karena semua mahasiswa & staf perpustakaan langsung memerhatikan Target saking kerasnya suara Para Pembully saat meneriakkan kata-kata itu.
Yang membuat saya kecewa adalah sikap para pegawai perpustakaan yang seolah-olah acuh tak acuh.
Dan ada yang malah terlihat “menikmati pertunjukkan” itu.
Dan ada yang malah terlihat “menikmati pertunjukkan” itu.
Seharusnya staf/ pegawai perpustakaan menegur sekelompok mahasiswa pembully yang membuat kegaduhan di perpustakaan.
Di sisi lain, saya langsung mengenali mahasiswi korban bully sebagai sosok introvert.
Karena ekspresi wajahnya datar-datar saja di tengah pembullyan yang dihadapinya.
Karena ekspresi wajahnya datar-datar saja di tengah pembullyan yang dihadapinya.
Dia juga mengambil posisi duduk di bagian sudut perpustakaan.
Fenomena itu (saya merasa kejadian itu luar biasa) menjadikan cakrawala berpikir saya terbuka lebar.
Bahwa Para Pembenci sengaja menyebabkan korban menjadi pusat perhatian & penilaian orang lain di TKP.
Bahwa Para Pembenci sengaja menyebabkan korban menjadi pusat perhatian & penilaian orang lain di TKP.
Para Pembully memang sangat licik untuk mencari pembenaran atas prasangka atau penilaian subjektif mereka.
Mereka seolah-olah memaksakan agar orang lain setuju dengan penilaian mereka terhadap korbannya.
Dan akhirnya orang-orang yang tidak punya prinsip ikut –ikutan membenci dan membully Target.
Dan akhirnya orang-orang yang tidak punya prinsip ikut –ikutan membenci dan membully Target.
Mungkin yang ikut membully itu sama pengecutnya dengan Si Pembenci yang hobi sindir-menyindir & umumnya takut menjadi korban bully juga.
Padahal jika kita tidak sanggup membela orang lain, lebih baik diam saja.
Bukankah lebih baik diam kalau tidak bisa berbicara kebaikan?
Apalagi kalau Korban bully tidak punya urusan sama sekali dengan kehidupan kita.
Kenal saja tidak, untuk apa membully?
Lagipula perkataan “sok manis”, “sok ganteng”, “sok baik”, “sok alim”, itu kan bersifat subjektif.
Artinya, ucapan-ucapan semacam itu adalah bentuk prasangka buruk kepada Korban bully.
Seandainya memang benar mahasiswi itu bersikap “sok manis”, toh dia tidak mengganggu & merugikan siapa-siapa.
Apa masalahnya?
Friends, kita tidak pernah tahu niatan hati seseorang.
Contohnya saja Si Pembully di perpustakaan itu, mungkin saja dia iri hati kepada mahasiswi yang dibully-nya itu.
Dengan segala kelemahan mentalnya ...
Dia berusaha menggiring opini publik untuk menyetujui penglihatan jendela matanya yang buram lagi sempit dalam menilai objek.
Dia berusaha menggiring opini publik untuk menyetujui penglihatan jendela matanya yang buram lagi sempit dalam menilai objek.
Peristiwa pembullyan di perpustakaan itu membuat saya merenung.
Kalau tidak suka kepada seseorang, kita tinggal alihkan pandangan mata & cuek terhadap penampilannya.
Mungkin itu prinsip Si Mahasiswi korban bully sehingga dia tampak tenang-tenang saja.
Wallahu alam.
Para Pembenci-lah yang seharusnya mendapat “tekanan” karena dia menebar virus-virus kebencian kepada sesama manusia.
So, jangan mengikuti permainan Para Pembully karena kebencian pribadi mereka kepada Target membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
Sebenarnya jika tidak ada yang merespon, Para Pembully juga akan mati kutu.
Tapi dasar sifat alami manusia suka mencari kekurangan orang lain (huff).
Saya cukup yakin, mahasiswi korban bully itu menyadari bahwa salah satu mahasiswa perempuan yang menjadi dalang pembullyan itu ...
Sengaja ingin membuatnya salah tingkah & mempermalukannya di depan umum.
Sengaja ingin membuatnya salah tingkah & mempermalukannya di depan umum.
Oleh karena itu, ia dengan cepat menguasai diri & emosinya.
Tampaknya mahasiswi itu sudah cukup terlatih menghadapi pembullyan.
Tampaknya mahasiswi itu sudah cukup terlatih menghadapi pembullyan.
Saya tidak bisa membayangkan kegaduhan yang akan terjadi di perpustakaan seandainya mahasiswi tersebut membalas bully-an yang dilakukan kepadanya.
But, ia memilih untuk mengontrol reaksinya. Mungkin karena saat itu dia hanya sendiri, yah?
Tidak ada gunanya membalas pembullyan yang dilakukan secara berjamaah :D
Saya mencuri-curi pandang kepada mahasiswi korban bully itu.
Dalam prosesnya ia terlihat duduk cukup santai, sesekali meminum air mineral & mengetik dengan lancar seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Padahal saya tahu bahwa sekelompok mahasiswa itu terus membully-nya hingga perpustakaan tutup pukul 4 sore.
Hanya orang dengan “masalah jiwa” parah yang bisa membully sesama manusia seperti itu.
Di satu sisi, mahasiswi korban bully itu membiarkan saya & mungkin orang-orang lain di sekitarnya berpikir sendiri.
Kalau saya jadi Pembully, saya akan bertanya-tanya & merasa kesal karena tidak mendapatkan reaksi seperti yang saya mau.
Seperti cinta yang tidak terbalaskan. Sakitnya tuh di sini! :D
Sayang, waktu itu saya tidak sempat berkenalan dengan mahasiswi korban bully itu.
Baca juga:
Bully hanya bisa diredam dengan ketenangan diri
Peristiwa di perpustakaan itu memberikan saya pengetahuan baru bahwa Para Pembully umumnya sangat bernafsu untuk menunjukkan dominasi.
Mereka sengaja & sangat berambisi membuat Target atau Korbannya patah semangat hingga depresi, dan akhirnya membenci diri mereka sendiri.
Para Pembenci itu ingin menjadikan Korban bully dan orang-orang di sekitarnya percaya apa yang dipikirkan & diucapkannya adalah sebuah kebenaran.
Mereka berusaha membentuk alam bawah sadar Target untuk bersikap, berperilaku, dan betul-betul terlihat seperti anggapan Para Pembully di mata orang lain.
Hal inilah yang bisa menjadikan Korban bully menjadi cemas & bingung terhadap dirinya sendiri.
Apa yang sebaiknya harus dia lakukan di depan umum agar terlihat baik di mata orang lain.
Dan akhirnya tidak bisa mengekspresikan diri secara tepat sehingga kehilangan jati diri.
Jangan sampai aktivitas positif yang sering kita lakukan secara rutin berhenti secara mendadak karena takut dengan penilaian negatif orang lain.
Padahal dalam dunia yang fana ini, orang yang jahat atau pun baik tetap saja akan memiliki musuh.
Jumlah pembencinya saja yang berbeda.
Jumlah pembencinya saja yang berbeda.
Ah, tapi jangan heran kalau orang baik lebih banyak yang membenci (huaaaa).
Kesimpulannya …
Para pembenci itu melakukan bully akibat pandangan mata mereka sendiri.
Serta mental yang tidak kuat menerima kehadiran orang lain yang punya kelebihan di dalam hidup mereka.
Serta mental yang tidak kuat menerima kehadiran orang lain yang punya kelebihan di dalam hidup mereka.
Hati mereka diliputi perasaan iri hati & dengki yang menyebabkan mata mereka menjadi kabur.
Hingga akhirnya menghalalkan segala cara untuk memfitnah targetnya.
Hingga akhirnya menghalalkan segala cara untuk memfitnah targetnya.
Naudzubillah …
#Hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup
Next -----> Siapa saja yang bisa menjadi korban bully?
Comments
Post a Comment