Skip to main content

Jodoh: Pertanyaan Hamba & Rahasia Tuhan

Menanti atau Menjemput Jodoh?


Rasulullah Saw bersabda:
“Saya belum pernah melihat 
solusi untuk dua orang 
yang saling jatuh cinta, 
selain nikah”

 (HR. Ibnu Majah)


Halooo Friends …

Dari berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh manusia di dunia ini mulai masalah pekerjaan, lingkungan, hingga persahabatan.

JODOH dalam arti pasangan hidup selalu menjadi hal yang paling mendebarkan (haha, pengalaman pribadi).

Kalau dipikir-pikir, wajar bagi manusia yang normal psikologisnya membutuhkan pasangan hidup. 

Bukankah nenek moyang umat manusia, Nabi Adam memohon kepada Allah agar diberikan pasangan hidup, yaitu Hawa.

Permintaan itu dilandasi rasa kesendirian & kesepian, kan?

Jadi, wajar kita sebagai anak-anak keturunannya pun menginginkan hal tersebut.


You can’t change your genetics.

Allah Swt., sudah memberikan jalan bagi manusia untuk mendapatkan jodoh, yaitu melalui jalan pernikahan.

Nah, untuk mewujudkan pernikahan itu berbagai macam cara ditempuh oleh laki-laki maupun perempuan.

Yang paling umum adalah melalui “pacaran”. Di zaman millennial sekarang ini, anak SD saja sudah mengenal kata itu.

Berarti diriku yang berusia 25 +++ memang sangat ketinggalan zaman.

Gak papa deh asalkan bukan jomblo forever :D :D :D

Ngeri juga menyebutkan & mendengarkannya, hahaaa.

Sebenarnya bingung juga mau jawab apa kalau ditanya oleh teman-teman, “Kapan nikah?”.


Yang terdengar horor kalau ditanya, “Kenapa belum menikah?”.

Hmm, “KENAPA?”

Actually, saya enjoy, gak pake marah, saya bersikap diplomatis aja, “Insya Allah tahun depan.” (Jawaban itu cukup aman bagi para jomblo, “Insya Allah” kan artinya “Jika Allah menghendaki”) :)


Jadi, jawaban itu tidak bohong, kan? Hehe …

Habis mau jawab apa? Kalau pujaan hati saja tidak punya (hiksss).

Kata Kasino dalam Film Warkop DKI …

“Bikin malu Korps!”

Dalam postingan ini sebenarnya saya tidak ingin berbicara terlalu banyak mengenai diri saya sendiri (toh, saya hanya rakyat biasa). 

Saya ingin membicarakan jodoh dalam perspektif yang umum-umum saja.

Namun, mendeskripsikan kehidupan kita rasanya jauh lebih mudah karena berkaitan dengan pengalaman hidup sendiri.

Baiklah …

Saya (pribadi) memang termasuk pribadi yang “agak tertutup” alias introvert.

Susah banget kalau mau memulai pembicaraan dengan orang-orang baru (mungkin saya ini terlalu banyak berprasangka).


Kadang saya “iri” dengan cowok-cowok atau cewek-cewek yang sangat mudah akrab dengan orang-orang baru.

Bahkan untuk “persoalan cinta” mereka terlihat mudah–mudah saja mendapatkannya.

Mungkin karena mereka punya kepribadian yang menarik. 

Pengen punya kepribadian yang supel, tapi saya gak bisa memaksakan diri untuk seperti itu.

Maybe, itu mungkin salah satu penyebab hingga saat ini saya masih jomblo kali, yah?



Saya sih mengharapkan pria (bukan hanya sekadar laki-laki) yang punya kepribadian terbuka alias supel.

Yah, maksudnya untuk mengimbangi kepribadian saya yang introvert ini (Itu logika saya sebagai manusia biasa).

Wallahu Alam.

Doa saya sih umum-umum aja. Saya nggak meminta pria yang tampan, profesinya apa, sukunya apa.


                                                   
Who is that?

Allah paling tahu yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Makanya saya tuh kalau berdoa minta dipilihkan jodoh yang terbaik menurut Allah saja.

Dipertemukan dengannya melalui jalan yang diridhoi dan dirahmati oleh-Nya. 

Dikaruniai keturunan-keturunan yang saleh & salehah (karena pengennya punya anak laki-laki & anak perempuan, haha).

(Banyak permintaannya).

Sebagai wanita yang berasal dari keluarga sederhana, bukan keturunan bangsawan, bukan wanita yang salehah 100%, saya harus tahu diri juga dalam bermohon kepada Allah.

But, Allah Maha Adil.

Alhamdulillah, pendidikanku cukup memadai untuk ukuran di zaman ini.

Semuanya pun tidak didapatkan dengan mudah. Disertai tangis & air mata (haha … hiperbola dikit).

Tapi gitu deh, jodoh itu termasuk rezeki kan, yah?

Di sisi lain, saya juga percaya bahwa ada rezeki yang datang dengan sendirinya.

Tapi dari sononya, yang namanya rezeki juga harus dicari jalannya.

Jujur, saya sudah berusaha semampu saya. Bergaul dengan orang-orang yang akhlaknya baik & bijaksana.

Hehe ... (ada-ada aja)

Saya sangat percaya bahwa yang membolak-balikkan hati manusia adalah Allah, manusia tidak punya daya apapun. 

Baik itu kesenangan, maupun kesedihan semuanya adalah UJIAN. 

Tapi, kesedihan adalah ujian yang paling bisa membuat hati & mental seseorang itu kuat.

Kalau ujian itu berupa “kesenangan” dan kita menyikapinya dengan bijaksana, insya Allah menjadikan kita bersyukur.

Persoalan jodoh, apalagi untuk wanita yang tinggal di Indonesia (hehe) saya yakin pastilah cukup berat.

Karena kita dikelilingi oleh budaya yang memang sudah seperti itu.

Mempertanyakan masalah jodoh sudah menjadi basa-basi yang umum dilakukan di ruang publik.

Entah itu tujuannya untuk bercanda, sekadar bertanya untuk memulai pembicaraan, memecahkan keheningan, dan sebagainya. 

Tanpa mengindahkan, atau mungkin halusnya, tanpa bermaksud menyakiti perasaan yang ditanya.

Saya sendiri tidak pernah lagi mempraktikkan budaya basa-basi mempertanyakan jodoh seseorang.

Semakin dewasa, saya semakin menyadari betapa “krusialnya” pertanyaan itu.

(Karena saya sendiri mengalaminya, haha).

Jujur, sejujur-jujurnya, saya sendiri tidak terlalu galau memikirkannya.

Dari dulu usaha untuk mendapatkan jodoh itu memang standar saja.

Saya bukan kategori pejuang cinta yang tangguh, KURANG NEKAD.

Saya meminta kepada Allah untuk diberikan ketenangan & kedamaian hidup untuk menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah dengan tangan saya.

Allah with us.

Allah Maha Mengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui apa-apa.

La tahzan …

Tulisan di blog pribadi ini pun terbit bukan karena saya sedang dilanda kesedihan & kegalauan mendalam, melainkan karena saya hanya ingin berbagi pengetahuan & pengalaman hidup dengan orang lain.

Serius, bukan karena saya lagi galau tingkat dewa, saya hanya ingin berbagi “pandangan terhadap jodoh”.

NEXT?

Oh iya, pertanyaannya sekarang, apakah saya sendiri sudah pernah berpacaran?

Belum pernah.

Why?

Saya mainnya kurang jauh kali, yah? (wwkwwkwwk).

Gak laku yah, Mbak?

Ada kok (actually, saya sedang menghibur diri) :D

Bukan berarti saya tidak tertarik untuk berpacaran. 

Godaan itu pasti ada (saya tahu bahwa pacaran di dalam agama Islam hukumnya haram).

Bahkan waktu SD ada kok teman cowok yang menyatakan cintanya (cinta monyet itu, Mbak, belum dihitung malaikat, haha).

Iya deh, iya. Maksudnya bukan berarti tidak ada pria yang tertarik dengan saya.

Kalau begitu hitungannya dimulai semenjak saya menginjak masa pubertas.

Ah, kalau masa-masa SMP & SMA itu, jujur hidup saya biasa-biasa saja. 

Mungkin saya terlalu serius belajar (nggak juga kok, memang waktu itu gak ada yang tertarik sama saya, hahaa).

Sepertinya Allah memang tidak pernah mau membiarkan saya menempuh jalur pacaran (cieee). 

Karena selalu saja ada halangan yang saya dapatkan ketika niat itu mulai terbit di dalam hati.

(Menghibur diri lagi, hahaa).

(SERIUS ITU).

Nah, kalau begitu masa kuliah bagaimana, Mbak?

Di sinilah masa-masa yang mendebarkan itu. Beberapa rekan mahasiswa laki-laki menunjukkan “sinyal itu”. 

Tapi, emang dasar saya  yang berjiwa pertapa & baru menyadarinya sekarang (sudah terlambat, Mbak).

Bahkan ada teman kuliah yang sampai sekarang masih sering “calling me”. Tapi, gimana yak? Tak ada rasa di hati ini.

Saya punya prinsip tidak mau menikah hanya karena persoalan umur. 

Kalau itu menjadi prioritas, kemungkinan saya sudah menikah dari tahun-tahun kemarin.

Sebelumnya saya sudah bilang kalau saya itu introvert & karakter itu sulit sekali diubah.

Makanya, saya hobi baca buku & browsing di internet membaca pengalaman hidup orang lain dalam menemukan pendamping hidupnya.

Itu memberi inspirasi agar saya tidak berputus asa & akhirnya depresi (naudzubillah …).

Banyak juga lho orang yang bunuh diri gara-gara kesepian alias jomblo forever (sereem amat).

Alhamdulillah, orang tua (bapak & ibu), sosok yang paling dekat dengan saya masih setia mendampingi sampai sekarang :)

Teman-teman dekat juga ada, meski bisa dihitung jari.

Tapi, saya tidak mau membiasakan diri mengandalkan kasih sayang & motivasi dari mereka sebab yang namanya manusia biasa, pasti punya keterbatasan.

Gak mungkin mereka selalu memeluk & berada di samping saya.

Kita sendiri yang harus memperjuangkan kebahagiaan bersama dengan Allah (di hati kita).

Oh iya, saya tadi bilang bahwa saya tuh sering membaca pengalaman hidup orang lain.

Nah, dari membaca itu saya mendapatkan kalimat-kalimat motivasi tentang pernikahan & saya copas di WA.

Jika suatu saat berada dalam kondisi down, saya tidak panik (hehe).

Maaf yah, waktu itu saya tidak mencatat alamat blog/web-nya. Saya ucapkan terima kasih atas tulisannya yang sangat inspiratif.

Let’s see …

Jangan menikah untuk seks

Jangan menikah karena faktor umur

Jangan menikah karena bertambahnya usia

Jangan menikah karena butuh dukungan finansial

Jangan menikah karena MBA (Married by Accident)

Jangan menikah karena takut kehilangan seseorang

Jangan menikah karena tekanan dari keluarga

Jangan menikah karena konsep wedding party & indahnya baju pengantin

Jangan menikah karena semua teman-teman sudah menikah

Tapi menikahlah karena cinta, menikahlah karena dia teman baikmu

Dan ketika cinta itu tidak ada, dia akan tetap bisa membuatmu tersenyum

Inspiratif, yah!                             


Mau nulis apalagi nih?

Oh iya, insya Allah tahun depan (2019) di April moon, usia saya sudah 29 tahun, lho.

Semoga saya tidak bersembunyi di “Panic Room”.

Foto dari Google

Insya Allah nggak deh. Saya tidak mau gegabah & salah mengambil langkah hanya karena persoalan umur.

Menikah itu ibadah yang paling lama. Jika kita salah pilih, maka akan meninggalkan kesan seumur hidup.


#Hanya Ingin Berbagi Pengetahuan & Pengalaman Hidup

Comments

Popular posts from this blog

Review: Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU

Kulit Lembab, Segar, dan Glowing dengan Natur-E Apa kabar … (Tidak tahu mengapa akhir-akhir ini saya hobi sekali me- review “sesuatu”) Memang ada keuntungannya? Mungkin …   :D (masih rahasia) So … Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah me- review "Handbody Citra Mangir Jawa & Anggur India" . Kali ini saya ingin sekali membagi pengalaman positif tentang Vitamin Kulit Natur-E Advanced & Natur-E 300-IU . Friends, di awal kuliah S1 (sekitar tahun 2009) saya pernah mengonsumsi Natur-E 100-IU (warna hijau). (Kalau tidak salah zaman itu memang Natur-E hanya punya satu varian). Namun, saya kurang teratur mengonsumsinya. Maklum, waktu itu kesadaran untuk merawat kulit belum seperti sekarang ini (wkwkwk). Nah, di zaman now , saat perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian mudahnya diakses, maka info seputar pentingnya menjaga kesehatan kulit pun mudah sekali didapatkan. Selain itu , sebagai wanita Indonesia yang ting

Pengalaman Terkena Penyakit Kulit Sarampa

Sarampa, Penyakit Apa Itu? dok. pribadi Assalamu Alaikum Friends … Pada postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman terkena penyakit kulit bernama Sarampa . Sepanjang perjalanan hidup (dramatis dikit), pertama kalinya di bulan April 2019 saya mengalami gatal yang sangat, sangat luar biasa pada sekujur tubuh. Awalnya saya pikir semua itu disebabkan oleh ulat bulu karena sudah seminggu, hewan imut tersebut berwara-wiri di halaman & di dalam rumah. Saya juga heran mengapa hewan kecil tersebut tiba-tiba saja berseliweran, bukan hanya di rumah saya tetapi di rumah tetangga-tetangga yang lain. Ilustrasi wabah ulat bulu Jangan-jangan kami terkena wabah ulat bulu :D Baca Juga: 4 Karakter Pria Yang Diidamkan Wanita Di sisi lain, saya juga menduga-duga bahwa gatal yang saya alami bukan hanya disebabkan oleh ulat bulu, melainkan karena saya baru saja mengganti produk sabun cair. Mungkin kandungan bahan di dalamnya tidak cocok dengan k

Keloid (Pengalaman Suntik Keloid di Rumah Sakit) (7)

Alhamdulillah, Keloid Itu Akhirnya Sembuh  Dalam tulisan kali ini saya ingin menghidangkan dan membagi pengalaman tentang  proses penyembuhan  masalah kulit yang saya alami, yaitu  KELOID. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya  menyebut keloid  ini semacam  daging yang tumbuh  di bekas luka, misalnya: bekas cacar air, bekas gigitan nyamuk yang digaruk hingga menyebabkan lecet, bekas luka karena terjatuh, bekas luka bakar, dsb.  Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambar keloid yang tumbuh di dada saya. Keloid yang tumbuh di bagian dada tersebut berawal dari cacar air yang saya alami pada tahun 2002 . Sebagai anak berusia 11 tahun yang penuh dengan rasa penasaran, saya selalu memperhatikan cacar air tersebut & akhirnya tergoda untuk menyentuh, memencet, dan mengorek-ngorek cacar air yang sudah mulai mengering itu.  Alhasil, bukannya sembuh atau kempes, bekas cacar air tersebut malah menimbulkan masalah baru, yaitu  keloid. Bisa jadi saat itu kuku saya